REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Didiek Hartantyo menyatakan total aset KAI tumbuh sebesar Rp44,9 triliun selama periode 2020 hingga 2024, dari semula Rp52,2 triliun menjadi Rp97,1 triliun.
"Tak hanya membaik dari sisi keuangan, aset KAI tumbuh signifikan dari Rp52,2 triliun di 2020 menjadi Rp97,1 triliun di 2024," kata Didiek saat menjadi pembicara pada sesi Inspirational Talk pada Rapat Kerja Tengah Tahun SKK Migas 2025 sebagaimana keterangan di Jakarta, Jumat (18/7/2025).
Menurut Didiek hal itu mencerminkan keberhasilan manajemen dalam mengembangkan nilai perusahaan. Dia juga menyampaikan setelah sempat merugi Rp1,7 triliun akibat pandemi pada 2020, KAI berhasil melakukan pemulihan secara bertahap, mengurangi kerugian menjadi Rp435 miliar pada 2021 dan akhirnya membukukan laba bersih Rp2,2 triliun pada 2024.
Mengangkat tema Transformational Leadership, Didiek membagikan pengalaman nyata dalam memimpin transformasi KAI di tengah disrupsi, sekaligus memberi inspirasi kepada kurang lebih 170 peserta dan pimpinan dan manajemen SKK Migas.
Dalam paparannya, Didiek menekankan transformasi bukan hanya soal teknologi dan struktur, tetapi menyangkut pembentukan karakter adaptif, budaya kerja kolaboratif, serta keteladanan dari para pemimpin.
Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu menjadi mercusuar saat krisis, dan mampu mendorong organisasi bergerak cepat, tepat, dan berdampak.
“Transformasi membutuhkan keberanian mengambil keputusan strategis yang tidak selalu populer. Pemimpin harus hadir memberi arah, energi, dan harapan berbasis data dan nilai,” ujar Didiek.
Peningkatan kepuasan pelanggan juga menjadi indikator keberhasilan transformasi layanan. Indeks Kepuasan Pelanggan KAI pada 2024 mencapai skor 4,50 memperlihatkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap layanan kereta api.
Dari sisi keberlanjutan, KAI mencatat pencapaian penting dengan skor ESG 41 dari S&P Global pada tahun 2024, sebuah pengakuan terhadap komitmen perusahaan dalam aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola.
Seluruh capaian ini, menurut Didiek tidak lepas dari pelaksanaan Triple Transformation yang dijalankan di tubuh KAI yaitu transformasi bisnis, transformasi digital, dan transformasi organisasi serta budaya.
Ketiganya berjalan seiring, dipandu oleh nilai-nilai AKHLAK sebagai budaya kerja, serta strategi komunikasi yang inklusif untuk menyatukan seluruh elemen perusahaan dalam satu semangat perubahan.
Lebih jauh, Didiek memaparkan pendekatan manajemen krisis yang digunakan KAI sebagai respons terhadap pandemi melindungi keselamatan pelanggan dan karyawan, menjaga likuiditas.
Selain itu menjalankan efisiensi dan penghematan anggaran, serta mengoptimalkan pendapatan logistik seperti angkutan batu bara dan pemanfaatan aset nonproduksi.
Ia menambahkan keberhasilan KAI bukan semata soal pertumbuhan finansial, melainkan tentang bagaimana perusahaan negara hadir memberi dampak nyata, membangun kepercayaan publik, dan mewujudkan visi untuk menggerakkan transportasi berkelanjutan serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
"Transformasi adalah keniscayaan dan hanya dapat dicapai melalui kepemimpinan yang mempunyai karakter kuat,” kata Didiek.
sumber : Antara