Pasukan Israel mengawal warga Druze di perbatasan Israel-Suriah, di Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Israel, Rabu, 16 Juli 2025.
REPUBLIKA.CO.ID, SUWAYDA -- Bentrokan besar meletus antara faksi Druze bersenjata dan pasukan suku Badui di dekat akses masuk bagian barat Kota Suwayda di Suriah selatan pada Jumat (18/7/2025). Menurut koresponden Anadolu di Suriah, pertempuran meningkat setelah kelompok bersenjata Druze yang berafiliasi dengan kelompok Hikmat al-Hajri mengusir keluarga suku Badui dari daerah sekitarnya.
Ketegangan terjadi menyusul penarikan pasukan pemerintah Suriah dari wilayah tersebut pada Rabu (16/7/2025) setelah kesepakatan di daerah setempat dicapai untuk meredakan kekerasan. Sebagai tanggapan, kelompok bersenjata Druze mundur dari daerah pinggiran dan membentuk garis pertahanan di pusat kota, sementara pertempuran kecil terus berlanjut di sepanjang front bagian barat.
Meskipun rezim Suriah menahan diri untuk tidak terlibat langsung dalam pertempuran yang sedang berlangsung, pasukan pemerintahan transisi itu tetap menguasai jalan-jalan utama yang mengarah ke ibu kota provinsi. Selain itu, pasukan Israel pada Rabu (16/7/2025), telah melancarkan serangan udara terhadap lebih dari 160 sasaran di empat wilayah Suriah - Suwayda, Daraa, Damaskus dan pedesaan Damaskus, sehingga menewaskan tiga orang dan melukai 34 orang di ibu kota saja.
Sebelumnya pada 13 Juni, bentrokan meletus antara beberapa suku Arab Badui dan kelompok bersenjata Druze di Suwayda. Dengan aksi kekerasan meningkat, terjadi pula serangan mematikan oleh para pejuang Druze terhadap pasukan keamanan Suriah yang ditempatkan di wilayah tersebut.
Puluhan tentara dilaporkan tewas. Gencatan senjata sementara dicapai antara pasukan pemerintah dan faksi-faksi Druze setempat, tetapi segera berakhir. Setelah itu, Israel melancarkan serangan udara, menargetkan posisi dan infrastruktur militer Suriah.
Israel berdalih serangan ke Suriah pada Rabu lalu itu dilakukan demi "melindungi komunitas Druze," terutama di wilayah selatan negara itu. Namun, sebagian besar pemimpin Druze di Suriah secara terbuka menolak campur tangan asing dan menegaskan kembali komitmen mereka terhadap kesatuan negara Suriah.
Setelah rezim Bashar Assad jatuh pada Desember 2024, Israel mengintensifkan serangan udaranya di Suriah dan menyatakan zona penyangga antara kedua negara tidak berlaku lagi bersamaan dengan Perjanjian Pelepasan pada 1974. Assad, yang merupakan pemimpin Suriah selama hampir 25 tahun, melarikan diri ke Rusia pada Desember, sehingga mengakhiri rezim Partai Baath, yang telah berkuasa sejak 1963. Pemerintahan transisi baru yang dipimpin oleh Presiden Ahmad al-Sharaa dibentuk di Suriah pada Januari.
sumber : Antara