Peran Vital ZEE Indonesia dalam Logistik dan Pelayaran Maritim Global

2 days ago 3

Home > Kolom Thursday, 17 Jul 2025, 15:30 WIB

ZEE Indonesia punya peran vital dalam regulasi logistik maritim dunia, baik sipil dan militer meski masih abu-abu.

 Unsplash/ Road Ahead.Peta Indonesia. Indonesia butuh mengaman Sumber: Unsplash/ Road Ahead.

ShippingCargo.co.id, Jakarta — Peningkatan investasi militer AS dan sekutunya di Indo-Pasifik sebagai deterensi Tiongkok, rupanya akses aman dan andal ke Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia tetap menjadi faktor penentu stabilitas dan arus perdagangan global—meskipun kurang mendapat perhatian strategis. Terlebih, keberadaan AUKUS sebagai aliansi AS di Indo-Pasifik di tengah ketiadaan Code of Conduct in the South China Sea jadi prioritas utama.

Di tengah penguatan basis militer AS di Guam dan Australia, satu elemen krusial dalam strategi deterensi Indo-Pasifik justru masih kurang diperhatikan: akses laut melalui Indonesia. Sebagai negara kepulauan terbesar dunia dengan ZEE strategis, peran Indonesia dalam lalu lintas laut kawasan sangat penting bagi kelancaran logistik maritim dan operasi sekutu di masa krisis.

Michael Roach dari The Strategist punya pendapat tajam soal isu ini. Dalam artikelnya berjudul A studiously ignored problem: force projected from Australia must go through Indonesia berikut, rupanya akses ke jalur-jalur utama seperti Selat Sunda, Lombok, dan Makassar tak bisa digantikan oleh kekuatan militer semata.

Meskipun hukum internasional (UNCLOS) menjamin hak lintas damai dan transit kapal asing, implementasi faktual tetap bergantung pada izin politik dari Jakarta. Indonesia telah mengindikasikan keinginannya untuk mengatur ulang hak lintas militer, termasuk dengan peraturan tahun 2018 yang mewajibkan pemberitahuan sebelum pesawat asing melintasi wilayahnya.

Masalahnya, AS dan Australia belum memiliki kerangka kerja bersama dengan Indonesia atau mitra ASEAN lainnya yang menjamin akses di tengah konflik mengingat negosiasi Code of Conduct in the South China Sea, yang tentu melibatkan Indonesia meski bukan klaiman, berulang kali gagal total Ini menjadi celah besar, terutama karena kebijakan luar negeri Indonesia yang non-blok dan menekankan otonomi strategis. Pertemuan Presiden Prabowo dengan Vladimir Putin dan keputusan Indonesia bergabung dengan BRICS menunjukkan tekad memperluas kemitraan global di luar aliansi Barat.

Bagi pelaku logistik maritim dan militer, hal ini berarti perlunya stress-testing skenario akses terbatas: menyiapkan rute alternatif, pengalihan pasokan, dan koordinasi diplomatik. Keandalan jalur laut tidak bisa hanya bergantung pada aturan hukum, tetapi juga pada kepercayaan strategis.

Tanpa komitmen jelas dari Indonesia, efektivitas strategi kehadiran militer regional akan terfragmentasi. Ke depan, keberhasilan deterensi Indo-Pasifik akan ditentukan bukan hanya oleh kekuatan militer, tapi oleh akses melalui ZEE Indonesia—sebuah titik tumpu yang harus dilibatkan secara serius dalam desain strategi kawasan.

Image

Read Entire Article
Food |