Revolusi Kepemimpinan Maritim: Lampaui Kuota Gender

5 hours ago 5

Home > Kolom Sunday, 20 Jul 2025, 12:30 WIB

Industri maritim membutuhkan pemimpin yang juga ajek dalam pola pikir etis dan adaptif.

FreepikKeragaman pelayaran dibutuhkan di era modern (Ilustrasi). Sumber:Freepik

ShippingCargo.co.id, Jakarta—Selama satu dekade terakhir, industri maritim berupaya mendorong keragaman di tingkat kepemimpinan, khususnya melalui peningkatan representasi perempuan di dewan direksi. Namun, menempatkan lebih banyak perempuan bukanlah akhir dari perjuangan. Tantangan sesungguhnya adalah mendefinisikan ulang struktur dan nilai-nilai kepemimpinan yang masih didominasi oleh pola pikir lama,berbasis senioritas di laut, keahlian teknis, atau kendali finansial.

Dalam banyak perusahaan pelayaran, proses seleksi anggota dewan masih bias terhadap profil tradisional—biasanya laki-laki, dengan pengalaman homogen, dan orientasi masa lalu. Hal ini bukan semata persoalan gender, tetapi masalah tata kelola (governance). Kurangnya keberagaman pengalaman dan sudut pandang menjadikan dewan kurang responsif terhadap tantangan transformasional seperti transisi energi, disrupsi digital, gejolak geopolitik, dan tuntutan ESG (Environmental, Social, Governance).

Melalui pengalaman di program Blue MBA dan Blue Board Leadership di Copenhagen Business School, Irene Rosberg melihat bahwa pendekatan kepemimpinan inklusif menghasilkan dampak strategis nyata, per tulisannya di Maritime Executive. Program ini tidak hanya mempersiapkan perempuan untuk masuk dewan, tetapi mendorong mereka untuk mereformasi dewan dari dalam, dengan menanamkan kepemimpinan kolaboratif, kecerdasan emosional, dan cara berpikir lintas disiplin.

Yang diperlukan saat ini bukan sekadar menempatkan lebih banyak perempuan ke dalam struktur lama, tetapi membongkar dan membangun ulang cara kita memahami kredibilitas dan kepemimpinan. Terlalu sering perempuan hanya dijadikan simbol “diversitas”, tanpa ruang nyata untuk memengaruhi arah strategis.

Industri maritim membutuhkan ruang kepemimpinan yang tidak hanya menghargai CV, tetapi juga pola pikir etis dan adaptif. Jika ingin menciptakan organisasi pelayaran yang relevan dan tahan banting, kita tidak bisa terus-menerus mengulang pola dewan direksi masa lalu. Saatnya reformasi kepemimpinan menjadi bagian utama dari transformasi industri.

Image

Read Entire Article
Food |