MQK Wasilah Pengembangan Ekonomi Pesantren

2 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gelaran Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Internasional di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, tak hanya perlombaan baca kitab kuning semata, tapi menjadi ajang bagi pesantren untuk memamerkan hasil unit usaha yang mereka kelola secara mandiri.

Kompetisi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan santri dalam membaca, memahami, dan mengungkapkan kandungan kitab kuning secara komprehensif. MQK diselenggarakan untuk memotivasi para santri agar lebih mencintai dan mendalami kitab-kitab klasik yang menjadi warisan ulama terdahulu. Dengan demikian, diharapkan para santri dapat menjadi kader-kader ulama dan tokoh masyarakat yang berkompeten di masa depan.

MQK memiliki beberapa tingkatan, yaitu Marhalah Ula, Marhalah Wustha, dan Marhalah Ulya, dengan kitab-kitab yang berbeda-beda untuk setiap tingkatan. Misalnya, pada Marhalah Ula, peserta akan membaca kitab Sulamut Taufiq untuk mata pelajaran fikih, sedangkan pada Marhalah Wustha, peserta akan membaca kitab Fathul Qarib. Kompetisi ini tidak hanya menguji kemampuan membaca, tetapi juga pemahaman makna dan penguasaan bahasa Arab ³.

MQK telah menjadi agenda rutin Kementerian Agama dan telah diselenggarakan di berbagai provinsi di Indonesia. Kompetisi ini diharapkan dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional serta meningkatkan kualitas pendidikan agama di Indonesia. Selain itu, MQK juga menjadi sarana untuk menjalin silaturahmi antar pondok pesantren di seluruh Indonesia

Bukan hanya pusat pendidikan

"Pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan dan dakwah, tetapi juga motor penggerak ekonomi masyarakat," ujar Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemenag Helmi Halimatul Udhmah dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.

Acara Expo Kemandirian Pesantren yang dipusatkan di Lapangan Merdeka Wajo ini dihadiri ribuan pengunjung dari berbagai daerah.

Lebih dari 50 anjungan produk pesantren dari berbagai provinsi tampil memamerkan hasil karya santri dan unit usaha pesantren. Produk-produk tersebut meliputi makanan dan minuman olahan, kerajinan tangan, produk pertanian, hingga inovasi teknologi berbasis pesantren.

Helmi menegaskan expo ini bukan sekadar pameran biasa, melainkan bukti nyata kontribusi pesantren dalam membangun kemandirian ekonomi umat.

sumber : Antara

Read Entire Article
Food |