REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Pemerintah Kerajaan Arab Saudi pada Rabu (17/9/2025) menandatangani pakta pertahanan bersama dengan Pakistan, di tengah meningkatnya kekhawatiran di Teluk atas kesediaan AS untuk membatasi agresi Israel.
Pakistan yang memiliki senjata nuklir, menegaskan, perjanjian tersebut mencerminkan komitmen bersama kedua negara untuk meningkatkan keamanan mereka dan mencapai keamanan serta perdamaian di kawasan. Dia menambahkan perjanjian itu menyatakan setiap agresi terhadap salah satu negara akan dianggap sebagai agresi terhadap keduanya.
Ketika ditanya oleh Reuters apakah perjanjian tersebut akan menempatkan Arab Saudi di bawah payung nuklir Pakistan, seorang pejabat senior Saudi mengatakan, “Ini adalah perjanjian pertahanan komprehensif yang mencakup semua sarana militer”.
Arab Saudi dan Pakistan telah menikmati hubungan militer yang erat selama beberapa dekade. Financial Times mengutip seorang pejabat Saudi yang mengatakan bahwa perjanjian tersebut telah dibahas selama dua atau tiga tahun.
Meski demikian, waktu kesepakatan tersebut muncul setelah para raja Sunni dikejutkan oleh serangan Israel terhadap Qatar pekan lalu. Middle East Eye mengungkapkan, Pemerintahan Trump telah menyetujui serangan tersebut sebelumnya, sebagaimana dikonfirmasi oleh laporan selanjutnya dari Axios.
Qatar, Arab Saudi, dan UEA semuanya adalah mitra kuat AS yang merupakan rumah bagi Pangkalan Militer AS. Qatar adalah rumah bagi al-Udeid, pangkalan militer AS terbesar di kawasan tersebut.
Negara-negara Teluk telah lama mengandalkan AS untuk menjamin keamanan mereka. Mereka pun waspada ketika Washington menyetujui serangan Israel terhadap Suriah, Lebanon, dan Iran meski hubungan mereka tegang dengan Republik Islam tersebut.
Namun, hanya sedikit pejabat di kawasan tersebut yang memperkirakan Israel akan menyerang Qatar dengan dukungan AS, sekutu utama non-NATO yang telah menjadi penengah antara Hamas dan Israel.
“Hal ini berpotensi memiliki implikasi yang mendalam terhadap bagaimana negara-negara di kawasan memandang jaminan keamanan AS,” ujar Ted Singer, mantan kepala operasi Timur Tengah untuk Badan Intelijen Pusat AS, kepada MEE setelah serangan Israel.
Perjanjian tersebut ditandatangani oleh Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif di Riyadh. Panglima Angkatan Darat Pakistan, Marsekal Lapangan Asim Munir, juga hadir. Militer Pakistan memiliki pengaruh yang sangat besar di negara tersebut.