Tengah Populer, Skema Buy Now Pay Later Bisa Berisiko Jika tak Bijak

3 hours ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — Di tengah kenaikan harga dan melambatnya pertumbuhan lapangan kerja, penggunaan skema beli sekarang, bayar nanti (BNPL) untuk berbagai kebutuhan — mulai dari tiket konser hingga makanan cepat saji — semakin marak di Amerika Serikat. Namun, tren ini juga menimbulkan risiko karena semakin banyak orang menunggak cicilan.

Skema BNPL kian populer sejak pandemi, terutama di kalangan anak muda. Layanan ini memungkinkan pembelian besar tanpa bunga atau pemeriksaan ketat pada laporan kredit. Meski begitu, kemudahan ini rawan disalahgunakan.

Jajak pendapat The Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research menunjukkan, 4 dari 10 warga AS di bawah usia 45 tahun pernah menggunakan BNPL untuk membayar hiburan, makanan di restoran, bahan pokok, hingga layanan kesehatan.

Sebelumnya, pinjaman BNPL tidak dilaporkan ke tiga biro kredit utama. Namun, ke depan, konsumen akan melihat dampaknya pada skor kredit FICO.

Gunakan untuk kebutuhan, bukan keinginan

BNPL biasanya membagi pembayaran dalam empat cicilan bulanan tanpa bunga. Layanan ini ditawarkan perusahaan seperti Klarna, Afterpay, PayPal, dan Affirm.

Menurut Lauren Bringle, konselor keuangan bersertifikat di Self Financial, BNPL ideal untuk kebutuhan penting seperti komputer sekolah atau kulkas baru, bukan pembelian impulsif. Tyler Horn, Kepala Perencanaan di Origin, menegaskan pentingnya memiliki rencana sebelum menggunakan layanan ini.

Berhenti sejenak sebelum membeli

“BNPL bisa menjadi alat penganggaran positif jika digunakan strategis. Tetapi jika Anda pembelanja emosional, layanan ini justru bisa menambah stres finansial,” kata Erika Rasure, Kepala Penasihat Keuangan di Beyond Finance.

Sarah Rathner dari NerdWallet mengingatkan agar konsumen mempertimbangkan dampaknya terhadap tagihan lain, seperti kartu kredit atau cicilan pinjaman mahasiswa.

sumber : AP

Read Entire Article
Food |