Aktivis Internasional Armada Sumud: Indonesia Tetap di Hati Kami

3 hours ago 3

Laporan jurnalis Republika Bambang Noroyono dari Tunis, Tunisia

REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Partisipan Global Sumud Flotilla dari banyak negara mengaku kaget dengan keputusan delegasi Indonesia Global Convoy Peace (IGPC) yang menarik diri dari misi pelayaran menembus blokade Gaza. Tetapi para partisipan dari banyak negara mengakui keputusan Indonesia itu demi keberhasilan misi kemanusian membuka koridor bantuan untuk masyarakat di Gaza yang menjadi korban genosida Zionis Israel tersebut.

Para aktivis dan relawan kemanusian Global Sumud Flotilla itu memuji langkah menarik diri Indonesia itu demi mengakomodasi para partisipan negara-negara lain. 30 aktivis dan relawan Indonesia menarik diri dari partisipasi ikut berlayar menembus blokade Gaza. Namun memberikan hak partisipasinya itu ke delegasi-delegasi dari negara-negara lain.

Dan lima kapal yang dibeli dari sumbangan masyarakat Indonesia melalui IGPC tetap berlayar menembus blokade Gaza. Lima kapal yang semula disiapkan untuk membawa delegasi Indonesia menembus Gaza digunakan untuk membawa aktivis dan relawan Global Sumud Flotilla dari negara-negara lain demi misi yang sama. Pun bantuan kemanusian dari Indonesia melalui pelayaran ini, pun tetap dibawa untuk disalurkan ke Gaza.

Lamia, aktivis perempuan asal Aljazair yang ditemui Republika di Tunisia, mulanya terkejut dengan keputusan delegasi Indonesia yang menarik diri dari misi pelayaran kemanusian itu. Perempuan 30an tahun itu, ikut bersama-sama belasan relawan senegaranya ke Tunisia untuk turut ambil bagian konvoi laut akbar menembus blokade Gaza itu.

Selama di Tunisia, Lamia mengetahui delegasi Indonesia merupakan salah-satu partisipan terbanyak dalam Global Sumud Flotilla. Dan rombongan dari Aljazair itu, pun mengetahui sumbangan Indonesia salah-satu yang terbesar dalam rencana menembus blokade Gaza melalui Laut Mediterania itu. Dan kata dia, ketika mendengar keputusan Indonesia menarik diri, delegasi Aljazair merasakan ragu Global Sumud Flotilla bakal tetap berlayar.

"Indonesia mundur adalah cobaan pertama kami dalam misi ke Gaza kali ini," kata dia saat ditemui Republika di Tunisia, Sabtu (13/9/2025). "Bagaimana kalian yang sangat baik, dan sangat menginspirasi kami, memutuskan tidak ikut berlayar bersama-sama yang lainnya," sambung Lamia. Menurutnya, delegasi Indonesia terkenal sumbangsihnya untuk keberhasilan Global Sumud Flotilla.

Akan tetapi, dari pembicaraan para aktivis, dan relawan kemanusian yang berkumpul di Tunisia, keputusan Indonesia menarik diri itu justeru semakin menguatkan rencana keberhasilan Global Sumud Flotilla. Karena Lamia akhirnya memahami, keputusan Indonesia itu untuk memberikan partisipan dari negara-negara lain yang tak memiliki kapal keberangkatan. Dan negara-negara partisipan itu, memiliki pengaruh geopolitik kuat dalam memberikan tekanan kepada Zionis Israel dan internasional.

"Kebaikan yang kalian berikan memberikan semangat untuk semuanya," ujar Lamia. Relawan mualaf asal Irlandia, Zainab Louise salah-satu yang datang ke Tunisia perorangan untuk ikut misi Global Sumud Flotilla menembus blokade Gaza. Semula ibu 50an tahun itu, pesimis mendapatkan tempat di kapal. Sikap itu mulanya karena ia tahu Steering Committee Global Sumud Flotilla sempat menyaring ratusan partisipan dari negara-negara Eropa yang tak memiliki sumbangsih materil dalam misi kemanusian itu.

Akan tetapi, kata Louise belakangan ia mengetahui Indonesia mengalah, menarik semua delegasinya, namun tetap membiarkan lima kapal sumbangan tetap berlayar ke Gaza. "Saya sangat menyesali keputusan itu (menarik diri). Tetapi kalian sangat hebat agar misi (menembus blokade Gaza) ini tetap sesuai rencana. Kalian sangat berjasa, dan kalian akan tetap bersama kami, di hati kami," kata Louise. Louise memastikan diri mendapatkan kursi pelayaran Global Sumud Flotilla dengan berkemah di Dermaga Sidi Bou Said menunggu pelayarannya, Senin (15/9/2025) malam.

Geraldine Shelby Remirez, aktivis pribumi Amerika Serikat (AS) saat ditemui Republika di Sidi Bou Said sebelum berangkat berlayar juga mengaku takjub dengan keputusan Indonesia itu. "Kalian sudah bekerja keras untuk merencanakan ini. Dan kami sangat menghormati keputusan kalian. Dan kami sangat tahu apa yang kalian korbankan untuk misi menghentikan penjajahan dan genosida di Gaza ini," kata Shelby. Ia mengatakan Indonesia harus tetap berada pada barisan terdepan dalam misi perjuangan untuk menghentikan kejahatan perang yang dilakukan Zionis Israel di Gaza.

"Kami semua memahami, bahwa Indonesia sangat memperjuangkan pembebasan Palestina dan dekolonisasi. Dan kami semua sangat menghormati, mencintai kalian," ujar Shelby. Salah-satu aktivis dari Turki, Sena Polat mengaku sedih dengan absennya delegasi relawan dan aktivis Indonesia dalam pelayaran ke Gaza ini. Tetapi, kata dia, keputusan tersebut harus menjadi peluru jitu bagi partisipan lainnya untuk keberhasilan Global Sumud Flotilla. 

"Turki sangat bangga dengan yang kalian lakukan untuk Palestina," kata perempuan 20an tahun itu. Delegasi Turki rombongan terbanyak dalam pelayaran akbar Global Sumud Flotilla ini. Dari daftar partisipasi awal peserta pelayaran yang Republika ketahui, delegasi Turki sebanyak hampir 90 orang. Dan delegasi Turki, banyak membeli kapal-kapal nelayan di Tunisia untuk misi pelayaran menembus blokade Gaza ini. 

Akan tetapi, kapal-kapal tersebut banyak didiskualifikasi oleh Steering Committee Global Sumud Flotilla lantaran tak layak untuk mengarungi Laut Mediterania. Dalam sesi-sesi pelatihan dan training sebelum pelayaran, para delegasi Turki banyak yang protes dengan keputusan steering committe itu. Namun begitu, rombongan Turki tetap mendominasi dari ratusan relawan, dan aktivis yang ikut berlayar membuka blokade kemanusiaan untuk Gaza tersebut.

Pelayaran akbar Global Sumud Flotilla menembus blokade Gaza ini, merupakan aksi massa sipil terbesar di dunia untuk melawan penindasan dan penjajahan Zionis Israel terhadap masyarakat Palestina di Jalur Gaza. Sudah 24 bulan Zionis Israel membombardir warga sipil di Gaza. Puluhan ribu warga biasa syahid akibat kebiadaban Zionis Israel itu. Dan hingga kini puluhan ribu masyarakat di Gaza mengalami kelaparan luar biasa akibat kebijakan blokade yang dilakukan Zionis Israel. Konvoi armada laut Global Sumud Flotilla ini membawa bantuan kemanusian berupa bahan pangan dan obat-obatan melalui Laut Mediterania. 

Dari Tunisia pelayaran akbar kapal-kapal kemanusian ini memakan waktu perjalanan kurang lebih selama 10 sampai 12 hari. Beberapa tokoh dan aktivis kemanusian terkenal menjadi pemimpin dalam pelayaran ini. Mereka di antaranya, Greta Thunberg dari Swedia, Thiago Avila dari Brasil, Mandla Mandela dari Afrika Selatan, Jasmine Acar dari Jerman, Seif Abukeshk dari Spanyol, dan Muhammad Husein dari Indonesia.

Read Entire Article
Food |