Dari Limbah ke Berkah: Valorisasi Rumah Potong Unggas dalam Bingkai Zero Waste dan Ajaran Islam

7 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Taufiq Immawan (Dosen Teknik Industri dan Konsultan Industri Berkelanjutan, UII)

Indonesia adalah negara dengan populasi muslim terbesar sekaligus produsen unggas yang signifikan di Asia. Namun, rumah potong unggas (RPU) yang semestinya menjadi simpul penting dalam rantai pasok pangan justru menyumbang limbah organik dalam jumlah besar—bulu, darah, jeroan, dan limbah cair—yang sebagian besar belum dimanfaatkan secara optimal. Praktik pembuangan sembarangan memperparah pencemaran dan menimbulkan risiko kesehatan.

Padahal, dalam kerangka zero waste dan ajaran Islam, membuang sesuatu yang masih bisa dimanfaatkan adalah bentuk pemborosan yang dilarang. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-A’raf ayat 31:

"وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ"

“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Konsep ini menegaskan pentingnya efisiensi dan kebermanfaatan dalam pengelolaan sumber daya, termasuk sisa hasil pemotongan hewan.

Valorisasi dalam Ekonomi Sirkular

Konsep valorisasi menekankan pada pengolahan limbah atau produk samping menjadi barang bernilai ekonomi. Dalam konteks RPU, bulu ayam dapat diolah menjadi keratin, darah menjadi pupuk organik, dan jeroan menjadi bahan baku pakan ternak melalui teknologi fermentasi. Proses ini mendekatkan industri ke arah zero waste dan membuka peluang usaha mikro baru yang ramah lingkungan.

Lebih dari sekadar teknis, konsep ini sesuai dengan prinsip thayyib dalam Islam—baik dan bermanfaat dari hulu ke hilir. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

"إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ"

"Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan (kebaikan) dalam segala hal.”

(HR. Muslim no. 1955)

Mengelola limbah secara bijak adalah bagian dari ihsan terhadap makhluk hidup dan alam, serta bentuk tanggung jawab moral dalam bisnis halal yang berkelanjutan. Di antaranya adalah memproses limbah bulu unggas dan limbah jeroan menjadi pakan ternak maupun pupuk melalui proses fermentasi anaerob selama 4-7 hari.

Dampak Ganda: Lingkungan dan Ekonomi

Implementasi sistem valorisasi tak hanya mengurangi pencemaran, tapi juga menghasilkan nilai tambah. Usaha kecil menengah (UKM) dapat berperan mengolah limbah menjadi produk ekonomi baru. Dengan dukungan teknologi tepat guna dan pelatihan, masyarakat sekitar RPU juga bisa terlibat dalam ekosistem produksi yang inklusif.

Dari Limbah Menuju Rahmat

Sinergi antara akademisi/peneliti, pelaku usaha, regulator, dan tokoh agama diperlukan untuk memperkuat praktik ini. Rumah potong unggas bukan hanya tempat menyembelih hewan, melainkan pusat transformasi ekonomi sirkular yang menyeimbangkan aspek dunia dan akhirat.

Dengan mengelola limbah secara bijak dalam bingkai zero waste dan ajaran Islam, kita tidak hanya meraih efisiensi ekonomi, tetapi juga keberkahan yang meluas. Dari limbah, lahir manfaat—dari sampah

Read Entire Article
Food |