KEM Dorong Sektor Horeka Terapkan Pengadaan Berkelanjutan

4 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pengadaan berkelanjutan kini menjadi isu strategis bagi sektor hotel, restoran, dan kafe (Horeka). Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) menekankan bahwa tanpa transformasi rantai pasok, daya saing dan kepercayaan konsumen yang makin peduli pada isu lingkungan bisa berkurang.

Co-founder Eco Tourism Bali, Rahmi Fajar Harini mengatakan, pertumbuhan pesat industri pariwisata menghadirkan tantangan serius, mulai dari konsumsi energi dan air yang tinggi, ketergantungan pada bahan impor, hingga peningkatan limbah. Hal itu disampaikan Rahmi saat menghadiri kegiatan Sustainability Action for the Future Economy 2025 di Jakarta.

“Tren pariwisata kini bergeser signifikan, dari impor ke hyperlocal sourcing, dari sekadar memenuhi kebutuhan tamu menjadi fokus pada pengurangan emisi karbon dan kesejahteraan komunitas,” kata Rahmi Fajar Harini dalam siaran pers, Sabtu (13/9/2025).

Data Booking.com di 33 negara menunjukkan 75 persen wisatawan aktif mencari akomodasi yang berkelanjutan. Perubahan preferensi ini turut mendorong platform perjalanan daring menghadirkan filter khusus bagi hotel yang telah tersertifikasi ramah lingkungan.

Sementara itu, studi Frontiers in Sustainable Food Systems (2025) mengungkap lebih dari 90 persen petani pemasok Horeka di Indonesia masih bergantung pada tabungan pribadi untuk modal usaha, dengan tingkat adopsi teknologi yang rendah. Sementara riset global dalam International Journal of Production Research (2024) menunjukkan penerapan green procurement tidak hanya memperkuat reputasi bisnis, tetapi juga meningkatkan efisiensi biaya.

“Banyak pelaku Horeka skala kecil menengah belum tahu bagaimana memulai. Kami hadir memberi baseline sederhana agar langkah menuju keberlanjutan bisa lebih nyata dan praktis,” ujar Senior Analyst Kopernik, Kathleen Nugroho.

Untuk itu, Sustainable Procurement Guideline (SPG) yang dikembangkan KEM, Kopernik, dan Eco Tourism Bali dirancang sebagai panduan praktis. Instrumen supplier assessment tool di dalamnya memungkinkan pelaku usaha menilai sejauh mana pemasok menerapkan prinsip keberlanjutan, sekaligus memperkuat transparansi rantai pasok.

Beberapa pelaku usaha pariwisata telah mulai mengintegrasikan prinsip ini. “Dengan filosofi Tri Hita Karana yang sejalan dengan ESG, kami berkomitmen menjaga keseimbangan, menghargai tamu dan staf, serta berkolaborasi dengan komunitas lokal. Kalau ada di Bali, kita beli di Bali dulu,” ujar Melody Siagian, Director of Marketing & Communications The Meru Sanur & Bali Beach Hotel.

Irvan Helmi, Co-founder Anomali Coffee dan Supervisory Board SCOPI, menambahkan, keberlanjutan adalah tentang mencari keseimbangan. "Tanpa komunitas tidak ada kualitas, tanpa kualitas tidak ada cerita, dan tanpa itu semua tidak ada trust. Pertumbuhan tanpa distribusi kesejahteraan di sepanjang rantai pasok itu hampir tidak ada gunanya.”

SCOPI mencatat lebih dari 120 master trainers telah melatih puluhan ribu petani kopi di berbagai daerah, memperlihatkan bahwa penguatan komunitas menjadi fondasi rantai pasok yang tangguh.

Read Entire Article
Food |