Kemenhut: IPM dan Kesejahteraan Efektif Perangi Tambang Ilegal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kehutanan (Kemenhut) kini meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan konservasi. Langkah ini diambil untuk menekan aktivitas pertambangan ilegal dan mengembangkan Integrated Prevention Model (IPM), sebuah strategi terpadu untuk perlindungan lingkungan.

Tambang ilegal merupakan ancaman serius dan multi-dimensi terhadap kelestarian lingkungan. Kegiatan ini biasanya mengabaikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), sehingga langsung merusak ekosistem tanpa mitigasi yang memadai.

Secara langsung, praktik ini menyebabkan kerusakan fisik landscape melalui penggundulan hutan, penghancuran topografi alami, dan erosi tanah yang masif. Penggunaan bahan kimia beracun seperti merkuri dan sianida untuk memisahkan mineral, yang kemudian dibuang secara sembarangan ke sungai, mencemari air tanah dan permukaan, meracuni biota akuatik, dan masuk ke dalam rantai makanan.

Dampaknya adalah hilangnya keanekaragaman hayati, terganggunya siklus hidrologi, serta terdegradasinya kualitas tanah dan air secara permanen, yang membutuhkan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk pulih.

Bahaya lain yang tidak kalah mengerikan adalah timbulnya lubang-lubang tambang yang ditinggalkan begitu saja. Lubang-lubang ini sering terisi air dan menjadi kubangan beracun yang mematikan bagi manusia dan hewan. Di sisi lain, kerusakan ekosistem hutan akibat tambang ilegal melepaskan cadangan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer, memperparah perubahan iklim.

Kerusakan yang ditimbulkan bersifat irreversibel atau sangat sulit dipulihkan, meninggalkan lanskap yang tandus dan tidak produktif untuk generasi mendatang. Dengan kata lain, tambang ilegal tidak hanya merampas sumber daya alam untuk hari ini, tetapi juga menghancurkan modal ekologis dan masa depan lingkungan yang berkelanjutan.

Direktur Konservasi Kawasan Ditjen KSDAE Kemenhut, Sapto Aji Prabowo, menjelaskan bahwa IPM dirancang untuk mengintegrasikan pengamanan kawasan dengan pencegahan. Model ini juga berfokus pada pemberdayaan dan penyadartahuan masyarakat lokal mengenai pentingnya melestarikan kawasan konservasi dan taman nasional.

sumber : Antara