Kesepakatan Tarif, Trump Kirim Surat “Take It or Leave It” ke 12 Negara

7 hours ago 4

Presiden Donald Trump memegang perintah eksekutif yang ditandatangani dalam acara pengumuman tarif baru di Rose Garden Gedung Putih, Rabu, 2 April 2025 lalu, di Washington.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan telah menandatangani surat kepada 12 negara yang menguraikan berbagai tingkat tarif atas barang ekspor mereka ke AS. Surat tersebut, yang berisi tawaran "terima atau tinggalkan", dijadwalkan dikirim pada Senin (8/7/2025).

Dalam keterangannya kepada wartawan di atas pesawat kepresidenan Air Force One saat dalam perjalanan ke New Jersey, Trump menolak menyebut nama-nama negara yang akan menerima surat tersebut. Ia menyatakan daftar negara akan diumumkan secara resmi pada Senin (7/7/2025).

Trump sebelumnya sempat mengatakan bahwa surat pertama akan dikirim pada Jumat (5/7/2025), bertepatan dengan hari libur nasional di AS, tetapi jadwal pengiriman akhirnya diundur.

Dilansir dari laman Reuters, kebijakan ini merupakan bagian dari strategi tarif global yang diumumkan Trump pada April lalu, dengan tarif dasar sebesar 10 persen dan potensi tambahan hingga 50 persen untuk sejumlah negara. Namun, sebagian besar tarif dasar di luar 10 persen ditangguhkan selama 90 hari guna membuka ruang negosiasi. Masa tenggang itu akan berakhir pada 9 Juli.

Trump pada Jumat pagi menyebut tarif bisa dinaikkan hingga 70 persen, dan sebagian besar akan mulai diberlakukan pada 1 Agustus 2025. “Saya menandatangani beberapa surat, mungkin dua belas, dan akan dikirim Senin,” kata Trump saat ditanya mengenai kebijakan tarif tersebut. “Jumlah uang yang berbeda, jumlah tarif yang berbeda,” lanjutnya.

Meski sempat menyampaikan bahwa pemerintahannya akan memulai negosiasi perdagangan dengan beberapa negara, Trump mengaku frustrasi dengan lambannya proses perundingan, terutama dengan mitra dagang utama seperti Jepang dan Uni Eropa. “Surat-surat itu lebih baik... jauh lebih mudah mengirim surat,” ujarnya.

Hingga kini, satu-satunya kesepakatan perdagangan yang berhasil dicapai adalah dengan Inggris dan Vietnam. Inggris tetap mempertahankan tarif 10 persen dan memperoleh perlakuan khusus bagi sektor tertentu seperti otomotif dan penerbangan. Sementara Vietnam berhasil menurunkan tarif dari ancaman sebelumnya sebesar 46 persen menjadi hanya 20 persen, dengan sejumlah produk AS diizinkan masuk bebas bea.

Upaya mencapai kesepakatan dengan India gagal, sementara diplomat Uni Eropa menyatakan tidak ada terobosan dalam negosiasi dengan AS. Mereka mempertimbangkan memperpanjang status quo guna menghindari kenaikan tarif yang berpotensi merugikan kedua pihak.

sumber : Antara

Read Entire Article
Food |