Ketegangan Cina-Barat Buka Peluang Indonesia Jadi Pemasok Logam Strategis

7 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PAM Mineral Tbk (NICL) memprediksi harga nikel masih akan berfluktuasi pada kuartal IV 2025. Perusahaan menilai kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat dan kelebihan pasokan global menjadi faktor utama yang menekan harga logam strategis itu.

“Perseroan memperkirakan pada kuartal IV tahun 2025 ini, harga nikel masih bergerak fluktuatif imbas dari kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat yang masih menghantui stimulus ekonomi global ditambah dengan adanya kelebihan pasokan yang dapat menambah tekanan pada harga nikel,” ujar Direktur Utama NICL Ruddy Tjanaka dalam keterangan dikutip Selasa (4/11/2025).

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Namun, Ruddy melihat ketegangan geopolitik antara Cina dan negara Barat justru membuka peluang bagi Indonesia. Ia menyebut kondisi itu dapat dimanfaatkan untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pemasok logam strategis di luar dominasi Cina.

“Industri nikel domestik memiliki peluang strategis di mana adanya ketegangan antara Cina dan negara Barat membuat banyak negara mencari alternatif pasokan logam kritis. Indonesia dapat memanfaatkan peluang itu sebagai pemain kunci non-Cina,” katanya.

Perseroan menilai pelemahan harga acuan nikel domestik mulai berkurang, menandakan oversupply global berangsur mereda. Situasi ini memberi sinyal bahwa pasar logam dunia mulai menyeimbangkan permintaan dan pasokan.

Di tengah fluktuasi pasar, NICL mencatat kinerja keuangan yang tetap solid. Laba bersih kuartal III 2025 melonjak 131,28 persen menjadi Rp401,66 miliar, didorong peningkatan volume penjualan nikel hampir dua kali lipat.

“Sejak akhir tahun 2024, harga acuan nikel domestik mengalami penurunan sebesar 5,20 persen sejalan dengan tren global dan euforia industri baterai kendaraan listrik yang cenderung fluktuatif,” ujar Ruddy. Ia menegaskan koreksi harga nikel itu sudah diprediksi dan telah diantisipasi perusahaan sejak awal tahun.

NICL kini menyiapkan langkah efisiensi dan ekspansi di tengah ketidakpastian global. Perusahaan menargetkan produksi gabungan mencapai 2,6 juta ton ore hingga akhir tahun dengan memperkuat kerja sama dengan smelter dan trader di Sulawesi, Pulau Obi, dan Halmahera.

Selain menjaga produksi, NICL berkomitmen menerapkan tata kelola dan prinsip keberlanjutan (ESG). Upaya ini untuk memastikan ekspansi industri nikel nasional tetap sejalan dengan target transisi energi dan standar lingkungan global.

Langkah strategis itu menunjukkan Indonesia punya ruang memperbesar peran di rantai pasok logam kritis dunia. Momentum geopolitik global kini menjadi ujian sekaligus peluang untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama nikel non-Cina.

Read Entire Article
Food |