Kisah Janda Satu Tahun Meratap di Makam Suaminya

4 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menangisi kepergian seseorang yang dicintai sangatlah wajar dan manusiawi. Namun, Islam mengajarkan umatnya agar tidak meratapi kesedihan dengan berlarut-larut.

Syekh Aidh al-Qarni dalam buku Malam Pertama di Alam Kubur menceritakan sebuah kisah tentang istri cucu Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Alkisah, Hasan bin Hasan, yakni cucu Ali, meninggal dunia. Almarhum meninggalkan seorang istri dan beberapa anak yang masih kecil.

Sesungguhnya, usia Hasan bin Hasan pada saat mengembuskan napas terakhir pun terbilang masih muda. Namun, itulah kematian.

Ajal datang dengan tidak memandang usia, status sosial, maupun situasi. Bila kematian datang menjemut manusia, maka ia akan mengeluarkan mereka dari fase dunia.

Orang-orang mengurus jenazah Hasan bin Hasan. Namun, istri almarhum masih sangat syok dan bersedih. Sesudah jasad suaminya dikubur, ia membawa serta anak-anaknya pergi ke kuburan. Kemudian, ia mendirikan tenda di sana.

Setelah itu, wanita ini bersumpah dengan menyebut nama Allah bahwa dirinya dan anak-anaknya akan menangisi almarhum di sana selama satu tahun penuh. Kesedihan yang sangat memilukan dan ia pun terus menangis.

Satu tahun berlalu. Pada suatu malam, wanita itu pun merobohkan tendanya dan pergi dengan membawa anak-anaknya meninggalkan kuburan.

Saat itulah, tiba-tiba ia mendengar suara perbincangan.

“Apakah mereka mendapatkan apa yang mereka cari?”

Temannya menjawab, “Tidak. Mereka bahkan berputus asa lalu pergi.”

"Mereka tidak menemukan apa-apa yang diinginkan, tidak menemukan barang mereka dan juga titipan mereka. Sekantung karunia dari sisi Allah SWT adalah barang titipan terbaik dari Pemberi terbaik."

Maknanya, siapapun orang yang meninggal dan sudah masuk alam kubur tidak bisa menjawab orang yang masih hidup di alam dunia. Mayat juga tidak bisa keluar atau menemui mereka yang menangisinya. Tidak bisa menciumi istri maupun anak-anaknya.

Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat at-Thur ayat 21:

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ

Yang artinya, “Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.”

Read Entire Article
Food |