ringkasan
- Olahan kedelai seperti tempe, tahu, dan susu kedelai merupakan sumber protein nabati yang efektif dan terjangkau untuk memenuhi kebutuhan gizi serta mendukung tumbuh kembang optimal anak.
- Kedelai adalah salah satu protein nabati lengkap yang mengandung semua asam amino esensial, menjadikannya alternatif berharga untuk protein hewani, terutama dalam pencegahan stunting.
- Meskipun konsumsi kedelai langsung fluktuatif, popularitas olahan kedelai tetap tinggi di Indonesia, namun tantangan produksi dalam negeri masih besar sehingga impor menjadi solusi utama.
Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, kebutuhan protein harian krusial untuk tumbuh kembang anak, mulai dari pembentukan sel hingga fungsi otak. Protein esensial untuk mencegah stunting dan mendukung kekebalan tubuh yang optimal.
Di tengah harga protein hewani yang meningkat, olahan kedelai hadir sebagai solusi nabati terjangkau. Kedelai menjadi pahlawan gizi di meja makan keluarga Indonesia.
Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, Guru Besar Ilmu Gizi Masyarakat IPB University, menegaskan vitalnya protein. Baik hewani maupun nabati, protein mendukung tumbuh kembang anak, khususnya dalam upaya menekan angka stunting.
“Masalah stunting yang masih terjadi pada balita dan anak usia sekolah antara lain disebabkan oleh rendahnya konsumsi protein, terutama yang berasal dari pangan hewani seperti susu, daging, dan ikan,” jelasnya.
Meskipun protein hewani berkualitas lebih baik, kedelai memiliki peran penting dengan kandungan protein tinggi. Kedelai telah menjadi bagian dari budaya makan masyarakat Indonesia. Olahan kedelai seperti tahu dan tempe menjadi alternatif yang baik.
Pentingnya Protein dan Peran Olahan Kedelai dalam Gizi Anak
Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, Guru Besar Ilmu Gizi Masyarakat IPB University, menekankan pentingnya protein. Baik hewani maupun nabati, protein sangat vital untuk tumbuh kembang anak. Ini krusial dalam upaya menekan angka stunting di Indonesia.
Protein adalah zat gizi utama yang berperan dalam pembentukan sel dan jaringan tubuh anak. Prof. Ali Khomsan menyoroti masalah stunting pada balita dan anak usia sekolah. Kondisi ini seringkali disebabkan oleh rendahnya konsumsi protein, terutama dari pangan hewani.
“Kalau kita melihat data, konsumsi susu, daging dan ikan di Indonesia masih rendah. Padahal kekurangan protein akan berdampak langsung terhadap pertumbuhan anak,” ujarny
Meskipun kualitas protein hewani dianggap lebih baik, Prof. Ali Khomsan mengakui peran penting pangan nabati. Kedelai, dengan kandungan protein tinggi, telah menjadi bagian dari budaya makan masyarakat Indonesia. Olahan kedelai seperti tahu dan tempe menjadi alternatif yang baik.
Beliau menambahkan bahwa tahu dan tempe adalah sumber protein nabati yang digemari masyarakat. Harganya relatif lebih murah dibandingkan protein hewani. Konsumsi keduanya idealnya bergantian untuk asupan protein seimbang, karena profil asam amino berbeda.
“Kedelai yang diolah menjadi tahu dan tempe adalah sumber protein nabati yang digemari masyarakat. Ini keberuntungan bagi kita karena sumber nabati ini harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan protein hewani,” katanya.
Beragam Olahan Kedelai Favorit Anak sebagai Alternatif Protein
Olahan kedelai untuk penuhi kebutuhan protein anak sangat beragam dan lezat. Produk-produk ini efektif serta ekonomis sebagai alternatif protein hewani. Sahabat Fimela bisa mencoba beberapa pilihan yang kaya nutrisi dan mudah diterima anak.
- Tempe: Makanan tradisional ini adalah sumber protein tinggi yang populer. Dalam 100 gram tempe, terdapat sekitar 37 gram protein. Tempe juga kaya prebiotik karena proses fermentasinya, baik untuk pencernaan.
- Tahu: Mirip tempe, tahu juga olahan kedelai kaya protein, serat, karbohidrat, dan mineral. Tahu mudah diolah, harganya terjangkau, dan mengandung sekitar 10 gram protein per 100 gram.
- Susu Kedelai: Minuman ini alternatif bagi anak alergi susu sapi atau intoleransi laktosa. Susu kedelai tanpa pemanis mengandung sekitar 7 gram protein per cangkir. Susu kedelai juga tinggi kalsium dan zat besi, bisa diolah menjadi puding soya.
- Edamame: Kacang kedelai muda ini camilan sehat kaya protein, 10-11 gram per 100 gram. Edamame rendah kalori dan dapat disajikan direbus atau dikukus. Puding soya juga menjadi hidangan penutup menarik.
Prof. Ali mengajak masyarakat untuk kembali menghargai kearifan lokal yang telah mengenal tempe sejak abad ke-18. “Tempe adalah makanan fermentasi yang bergizi, murah dan relevan untuk masyarakat Indonesia. Tradisi konsumsi tempe dan tahu harus dilestarikan sebagai bagian dari pola makan bangsa,” tegasnya.
Perbandingan Protein Hewani dan Nabati dari Kedelai untuk Gizi Optimal
Protein esensial untuk pertumbuhan, perbaikan jaringan, dan fungsi metabolisme tubuh. Ada perbedaan penting antara protein hewani dan nabati, terutama kedelai. Memahami perbandingan ini penting untuk gizi optimal anak.
Protein hewani umumnya "protein lengkap" dengan sembilan asam amino esensial. Kedelai adalah salah satu sumber nabati yang juga lengkap, menjadikannya unik. Meskipun begitu, rasio profil asam aminonya mungkin tidak seoptimal protein hewani.
“Tahu dan tempe bagus, tetapi kandungan asam aminonya tidak bisa disamakan dengan protein hewani seperti daging atau susu. Idealnya, keduanya dikonsumsi bergantian agar asupan protein tetap seimbang,” tambahnya.
Kedelai memiliki kandungan protein sangat tinggi, sekitar 36-56%. Ini setara atau bahkan melebihi daging. Kacang kedelai mengandung 30-40,4 gram protein, sementara daging sapi sekitar 26 gram.
Protein hewani kaya zat besi heme, vitamin B12, zinc, dan omega-3. Namun, bisa tinggi lemak jenuh. Kedelai rendah lemak jenuh, bebas kolesterol, dan kaya serat, vitamin B, zat besi, kalsium, serta fitokimia. Proses fermentasi tempe meningkatkan penyerapan protein.
Tantangan dan Potensi Produksi Kedelai Nasional untuk Kebutuhan Protein Anak
Indonesia adalah produsen kedelai terbesar di ASEAN, namun ironisnya juga importir besar. Kebutuhan kedelai dalam negeri terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk. Ini menjadi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan protein anak secara mandiri.
Konsumsi kedelai nasional pada tahun 2023 adalah 37 gram per kapita per tahun, menurun dari tahun sebelumnya. Data Susenas BPS 2024 menunjukkan penurunan menjadi 35 gram per kapita per tahun. Hal ini menunjukkan fluktuasi dalam pola konsumsi.
Meskipun konsumsi kedelai langsung menurun, olahan kedelai seperti tahu dan tempe tetap populer. Konsumsi tempe mencapai 6,99 kg per orang per tahun, dan tahu sekitar 7,51 kg per orang per tahun. Sekitar 60% kedelai diolah menjadi tempe.
Peningkatan kebutuhan ini tidak diimbangi produksi dalam negeri, menyebabkan impor besar. Pada 2018, 72-82 persen kedelai diimpor. Program seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) juga meningkatkan kebutuhan kedelai, menyoroti urgensi peningkatan produksi lokal.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5150606/original/017359600_1741079833-fairuz-naufal-zaki-fITDc2L_3nA-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2783529/original/057558500_1555744158-soy-milk-2263942_1920.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5434553/original/080711100_1764932225-ubi.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5433859/original/052663400_1764905390-nasi_bento.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5433726/original/078621900_1764868935-_3__Molly_Tea_Menyajikan_Teh_Beraroma_Bunga_yang_Lembut_dengan_Karakter_Teh_Asia_Timur.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5433610/original/052240100_1764853439-christmas-cookies-2975570_1280.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5433555/original/055315200_1764849765-banana-flower-174661_1280.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5433342/original/095688600_1764842069-bento-7006664_1280.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5424168/original/034477100_1764135126-top-view-bowl-with-baby-food.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5084384/original/070103000_1736323647-Depositphotos_54309807_S.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5433012/original/005893400_1764829679-Gemini_Generated_Image_44cr4344cr4344cr.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3454995/original/092947100_1620785512-WhatsApp_Image_2021-05-11_at_18.21.39.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5432583/original/040726300_1764816237-WhatsApp_Image_2025-12-03_at_07.57.50.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5432179/original/090750400_1764758778-ingkung.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5409200/original/045404000_1762848550-healthy-jaggery-still-life-arrangement.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5432027/original/046775500_1764753933-e.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3103648/original/016030000_1587014763-chinh-le-duc-fJgWBipIhFg-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5431620/original/058254400_1764743207-soto.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5431196/original/088789100_1764730607-nguy-n-hi-p-HgfzxTEvEQQ-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3577833/original/047654800_1632160150-tommaso-urli-6D9C0lEkYVk-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3895302/original/059772700_1641369928-shutterstock_1209024541.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5430710/original/027548800_1764670838-Gemini_Generated_Image_g1zyj7g1zyj7g1zy.png)













:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5344879/original/037827700_1757495713-Kota_Semarang.jpg)








