VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) merespons kesepakatan terbaru setelah negosiasi Indonesia-Amerika Serikat (AS). Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso menegaskan pada dasarnya perusahaan mendukung sepenuhnya kebijakan pemerintah.
Salah satunya dengan melakukan optimalisasi suplai komoditas dari mitra Pertamina di AS. Fadjar menerangkan komoditas yang dimaksud yakni masih minyak mentah (crude oil) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG).
"Terkait volume dan nilai belum bisa disampaikan, karena memang masih dalam proses negosiasi, dan itu berkembang," ujarnya, di Grha Pertamina, Jakarta, Rabu (16/7/2025).
Soal LPG, lanjut Fadjar, Pertamina sudah melakukan pengadaan pada 2024. Porsinya 57 persen dari seluruh komposisi impor LPG Pertamina dari AS. "Jadi artinya memang sudah dominan, tapi optimalisasi untuk peningkatan juga terbuka. Tergantung nanti kita ikuti proses bersama-sama dengan pemerintah untuk negosiasi," kata VP Corcom Pertamina.
Beberapa waktu lalu Pertamina telah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan beberapa mitra di negeri Paman Sam. MoU perihal optimalisasi pengadaan feed stock minyak mentah untuk kilang-kilang di tanah air.
Setelah itu, menurut Fadjar, proses pembeliannya dilakukan secara bertahap. "Tentu bersama mitra dan juga di bawah koordinasi Kemenko Perekonomian."
Ia belum memastikan apakah transaksi setelah MoU itu bakal berlangsung tahun ini atau tidak. Demikian dengan para mitra, ia enggan menyebutkan nama perusahaan tersebut.
"Karena ada agreement di antara kita, bahwa memang kita kan B2B. Beda dengan G2G skemanya. Jadi kalau business to business memang ada beberapa skema yang kita juga tidak bisa sebutkan detail," tutur Fadjar.
Negosiasi untuk mencari keseimbangan neraca dagang antara Amerika Serikat dan Indonesia, berlangsung selama beberapa bulan terakhir. Teranyar, Presiden AS Donald Trump menetapkan tarif impor untuk barang-barang dari Indonesia, sebesar 19 persen. Hal ini sempat memunculkan wacana ada penyesuaian volume ekspor energi dari AS ke Tanah Air.
sumber : Antara