REPUBLIKA.CO.ID, MEGIDDO -- Pemimpin politik Palestina, Marwan Barghouti dilaporkan dipukuli dalam keadaan tak sadar oleh penjaga tahanan saat proses pemindahan penahanannya pada bulan lalu. Hal itu diungkapkan oleh putra Barghouti yang dikutip beberapa media Arab dilansir the New Arab, Kamis (16/10/2025).
Kantor Media Palestinian Asra (AMO) melaporkan bahwa, Barghouti yang kini berusia 66 tahun "kehilangan kesadaran dan menderita patah tulang iga" setelah diserang oleh unit khusus penjara saat dia dipindah dari Penjara Ramon ke Penjara Meggido pada pertengahan September. AMO menuduh petugas keamanan penjara Israel melakukan "aksi brutal yang disengaja" bertujuan untuk mempermalukan tokoh politik Palestina yang paling terkemuka itu.
Putra Barghouti, Arab Barghouti, mengatakan kepada wartawan bahwa ayahnya mengahadapi ancaman pembunuhan setelah diserang oleh delapan penjaga saat proses transfer antarpenjara pada 14 September. "Mereka mencoba membunuhnya di dalam tahanan, dan tidak ada yang bisa menghentikan mereka kecuali tekanan (dari luar)," kata Arab.
"Mereka menyerangnya dengan menendangnya, melemparnya ke lantai dan memukulnya di kepala, dada, dan kaki. Dia kemudian mengatakan kepada tahanan lain bahwa dia kehilangan kesadaran akibat dari serangan itu. Ketia dia sampai di Megiddo, dia hampir tidak bisa berjalan untuk beberapa hari," ujar Arab, menambahkan.
Menurut Arab, lima tahanan Palestina yang belum lama ini dibebaskan mendengar ayahnya mengenang peristiwa penyerangan setibanya di Megiddo. Arab menambahkan, ini adalah yang keempat kali ayahnya dipukuli dalam kurun dua tahun terakhir.
Aksi penyerangan terakhir terjadi saat kunjungan Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir pada Agustus lalu. Dalam potongan video yang beredar viral saat itu Ben-Gvir mengolok-olok Barghouti.
Ben-Gvir membantah tuduhan bahwa dia menyerang Barghouti tapi mengatakan dia bangga dengan kondisi tahanan Palestina yang memburuk selama dirinya menjadi menteri. "Si pembunuh Barghouti tahu bahwa teroris sepertinya diperlakukan kasar saat ini, jadi dia menciptakan berita palsu."
Sebagai bagian dari gencatan senjata Gaza, sebanyak 250 tahanan Palestina dilepaskan oleh Israel pekan lalu yang sebagian besar dideportasi ke Mesir. Hamas memasukkan dalam daftar tahanan yang diminta untuk dibebaskan, namun pemerintah Israel mengeluarkan Barghouti dari daftar.
Barghouti adalah tokoh politik terkemuka Palestina, yang dianggap salah satu figur paling berpengaruh dari pergerakan Fatah dan tokoh paling popular di antara rakyat Palestina saat ini. Pada 2002, atau pada era gerakan Intifada Keadua, Israel menahan Barghouti, menuduhnya mengorkestrasi serangan lewan Brigadir Martir Al-Aqsa, sayap militer Fatah.
Barghouti kemudian didakwa di pengadilan militer Israel pada 2004 dan dijatuhi vonis penjara seumur hidup plus 40 tahun.
"Ayah saya mewakili suara keberanian. Dia percaya pada perdamaian dan sebuah solusi dua-negara yang bisa membawa stabilitas kawasan. Dengan menolak membebaskannya, Israel menunjukkan mereka tidak menginginkan seorang pemimpin Palestina yang sah dan kredibel; mereka ingin kami tetap terpecah belah," kata Arab Barghouti.