REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suku-suku Yahudi di Madinah adalah minoritas bila dibandingkan dengan orang-orang Arab. Bagaimanapun, mereka tidak bisa diremehkan.
Sebelum Nabi Muhammad SAW dan kaum Muhajirin datang, kota yang dahulu bernama Yastrib itu berada dalam "genggaman" Yahudi. Pasalnya, kabilah-kabilah Yahudi, semisal Bani Nadhir, Bani Quraizhah, dan Bani Qainuqa mengendalikan perekonomian setempat. Sementara itu, dua suku utama Arab di sana, Aus dan Khazraj, cenderung sibuk bersaing militer dan berkonflik satu sama lain.
Salah satu cara kabilah-kabilah Yahudi mengontrol perekonomian Madinah sebelum hijrahnya kaum Muslimin ialah riba. Mereka menjerat orang-orang Arab dalam jebakan utang yang berbunga berkali-kali lipat.
Prof Akram D Umari dalam buku Madina Society at the Time of the Prophet (1999) menegaskan, pusat aktivitas ekonomi kaum Yahudi setempat kala itu adalah riba. Karena berbasis riba, kabilah-kabilah Yahudi di sana mampu menghimpun dana dalam jumlah yang sangat besar. Mereka juga bisa membangun kekuatan senjata, bahkan menjualnya ke suku-suku Arab. Pengaruh mereka pun semakin kokoh.
Dalam keadaan itulah, kabilah-kabilah Arab kian rapuh dan gampang diadu-domba. Dua kabilah Arab utama di Madinah, yakni Aus dan Khazraj, satu sama lain sering berperang. Kadang, alasan berkonflik hanya dilatari egoisme belaka.
Menyaksikan realitas itu, kabilah-kabilah Yahudi bergembira. Terlebih lagi, Suku Aus maupun Khazraj suka berutang kepada kreditur-kreditur Yahudi demi membiayai keperluan perang. Siapapun di antara keduanya yang kalah atau menang, Yahudi tetap mengeruk keuntungan. Sebab, kubu manapun adalah debitur bagi mereka. Dua suku ini tetap harus mengembalikan pinjaman kepada kaum Yahudi.
Karena menjadi pemilik dana pinjaman, kaum Yahudi merasa unggul dibandingkan suku-suku Arab yang sibuk berperang satu sama lain. Lambat laun, bisnis dan perpolitikan di kota ini berada dalam genggaman Yahudi.
***
Karena berinteraksi dengan orang-orang Yahudi, orang Arab baik dari Aus maupun Khazraj mengetahui ihwal nubuat. Yakni, bahwa akan datang seorang utusan Allah SWT di tengah manusia.
Para pemuka Yahudi kerap membuat propaganda bahwa nabi itu akan mendukung Yahudi dan membinasakan musuh-musuh mereka.
Hingga pada akhirnya, sejumlah orang Arab Madinah yang biasa mengunjungi Ka'bah di Makkah mengetahui: sosok yang dinubuatkan kedatangannya itu adalah Muhammad SAW.
Perjumpaan dengan Nabi Muhammad SAW begitu berkesan bagi para rombongan dari Madinah. Mereka dengan kebulatan hati meyakini, beliaulah sosok yang disebut-sebut para Yahudi ahli kitab sebagai sang penutup para nabi (khatam al-anbiya).
Sekira satu tahun sejak Baiat Aqabah, turunlah wahyu yang menyuruh kaum Muslimin agar berhijrah dari Makkah ke Madinah.

3 hours ago
2
































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5016061/original/098910800_1732180738-IMG-20241121-WA0027.jpg)







:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5344879/original/037827700_1757495713-Kota_Semarang.jpg)


