REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ford Motor memutuskan mengubah arah strategi elektrifikasinya dengan mengurangi fokus pada kendaraan listrik murni dan memperkuat pengembangan mobil hybrid berbasis gabungan mesin ICE dan baterai. Keputusan ini diambil setelah perusahaan mencatat kerugian besar hingga 19,5 miliar dolar AS (sekitar Rp306 triliun), seiring melemahnya permintaan kendaraan listrik dan perubahan kebijakan pemerintah Amerika Serikat.
Pabrikan otomotif asal Dearborn, Michigan, itu mengumumkan akan menghentikan pengembangan sejumlah model kendaraan listrik, termasuk truk listrik generasi berikutnya berkode T3 serta van komersial listrik yang sebelumnya direncanakan. Ford juga akan menggantikan F-150 Lightning, pikap listrik andalannya, dengan model HEV yang menggunakan mesin bensin sebagai pengisi daya baterai.
CEO Ford Jim Farley mengatakan perubahan strategi ini dipicu oleh pergeseran pasar yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir. “Ketika pasar benar-benar berubah, kami harus menyesuaikan keputusan bisnis,” ujarnya dalam wawancara dengan Reuters.
Hybrid jadi andalan baru Ford
Ford menyatakan akan beralih secara agresif ke kendaraan bermesin bensin dan hybrid. Perusahaan menargetkan kombinasi global antara kendaraan hybrid, EV jarak jauh, dan EV murni mencapai 50 persen pada 2030, naik dari sekitar 17 persen saat ini.
Meski pergeseran strategi ini berpotensi membuka lapangan kerja baru di sektor produksi kendaraan bensin dan hybrid, Ford mengakui akan terjadi pemutusan hubungan kerja dalam waktu dekat, terutama di pabrik baterai Kentucky yang sebelumnya dikelola melalui usaha patungan.
Ford juga mengumumkan kenaikan proyeksi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang disesuaikan untuk 2025 menjadi sekitar 7 miliar dolar AS (sekitar Rp110 triliun), lebih tinggi dari estimasi sebelumnya di kisaran 6–6,5 miliar dolar AS (sekitar Rp94–102 triliun). Saham Ford tercatat naik sekitar satu persen dalam perdagangan setelah jam bursa.
Langkah Ford mencerminkan perubahan arah industri otomotif global, khususnya di Amerika Serikat, menyusul kebijakan Presiden Donald Trump yang mencabut berbagai insentif kendaraan listrik dan melonggarkan regulasi emisi.
Penjualan mobil listrik di AS dilaporkan turun sekitar 40 persen pada November, setelah berakhirnya kredit pajak konsumen sebesar 7.500 dolar AS (sekitar Rp118 juta) pada akhir September. Pemerintahan Trump juga membekukan denda pelanggaran standar efisiensi bahan bakar, sehingga memberi ruang lebih besar bagi produsen untuk kembali menjual kendaraan bermesin bensin.
sumber : Reuters

3 days ago
2



































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5344879/original/037827700_1757495713-Kota_Semarang.jpg)









