REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) menjadi ruang refleksi kemanusiaan, Senin (10/11/2025), saat Keluarga Muslim Fakultas Hukum (KMFH) menggelar Sesi Diskusi Palestina bertema 'Intelektual Muslim di Panggung Internasional: Kontribusi terhadap Narasi dan Diplomasi Palestina.'
Kegiatan ini menghadirkan imam sekaligus khatib Masjid Al-Ikhlas di Gaza, Syekh Mohammed Adil Salim Al Ghoul, aktivis kemanusiaan sekaligus mantan anggota DPR, Wanda Hamidah, dan Kepala Perwakilan Rumah Zakat Yogyakarta, Warnitis yang berbagi pandangan mengenai perjuangan dan diplomasi untuk Palestina.
Dalam pemaparannya, Syekh Mohammed Adil Salim Al Ghoul menegaskan bahwa perjuangan Palestina tidak semata urusan politik, melainkan panggilan moral dan kemanusiaan.
“Palestina bukan isu satu bangsa. Ini adalah isu kemanusiaan yang menuntut solidaritas semua pihak, terutama kaum intelektual Muslim," ujarnya di hadapan para mahasiswa.
Syekh Mohammed juga menyoroti pentingnya peran mahasiswa dan akademisi dalam membangun kesadaran global melalui ilmu dan narasi yang adil. Menurutnya, perjuangan rakyat Palestina adalah simbol keteguhan umat dalam mempertahankan martabat dan kemerdekaan.
"Kita tidak hanya berjuang dengan senjata, tetapi juga dengan pengetahuan, kejujuran, dan kesatuan hati," katanya.
Sementara itu, Wanda Hamidah menceritakan pengalamannya bergabung dalam misi kemanusiaan Global Sumut Flotilla menuju Gaza. Ia mengaku bahwa keterlibatannya bukan sekadar aksi kemanusiaan, tetapi juga bentuk tanggung jawab moral sebagai sesama umat manusia.
"Kita baru tersadar setelah genosida terjadi, padahal penjajahan sudah lama berlangsung. Umat Islam terlalu lama tertidur," tutur Wanda.
Ia menegaskan bahwa perjuangan membebaskan Palestina adalah tanggung jawab kolektif seluruh umat Muslim dunia.
"Pertanyaannya, apakah kita mau menjadi bagian dari pembebasan itu atau hanya diam saja? Setiap dari kita punya tanggung jawab untuk bersuara dan bertindak," katanya.
Ketua KMFH UGM, Bikry Fathonah, mengatakan bahwa acara ini menjadi ajang refleksi bagi mahasiswa hukum untuk memahami nilai keadilan dan kemanusiaan secara lebih luas.
“Kami ingin menegaskan bahwa solidaritas untuk Palestina juga bisa dimulai dari ruang akademik, dengan memperkuat narasi dan pemikiran yang berpihak pada kemanusiaan,” ujarnya.
Acara ditutup dengan doa bersama untuk rakyat Palestina, sebagai simbol harapan agar suara kemanusiaan terus menggema dari lingkup kecil berupa kampus menuju dunia.

3 hours ago
2
































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5016061/original/098910800_1732180738-IMG-20241121-WA0027.jpg)






:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5344879/original/037827700_1757495713-Kota_Semarang.jpg)



