Living ICH Forum 2025: Wayang Jadi Pilar Ketahanan Budaya Inklusif

4 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peringatan Hari Wayang Nasional ke-5 pada tahun ini menghadirkan Living Intangible Cultural Heritage (ICH) Forum ke-5, sebagai momentum strategis merumuskan arah baru kebudayaan Indonesia. Acara itu menegaskan kembali makna Proklamasi UNESCO pada 7 November 2003 yang menetapkan wayang Indonesia sebagai A Masterpiece of the Oral and Intangible Cultural Heritage of Humanity.

Ketua Umum Senawangi Marsdya (Purn) FH Bambang Soelistyo menjelaskan, penetapan UNESCO merupakan pengakuan yang menempatkan wayang dalam ranah warisan dunia yang memberi kontribusi peradaban global. Menurut dia, forum itu diadakan untuk mendorong inovasi, kreativitas, dan keberanian generasi pewaris, terutama generasi muda, dalam memajukan wayang sebagai ekosistem budaya yang tangguh dan inklusif.

"Melalui atraksi, diskusi, dan ekskursi, acara ini menyatukan perspektif seni, kebijakan publik, diplomasi budaya, hingga penguatan identitas kebangsaan," kata Bambang dalam siaran pers di Jakarta, Senin (10/11/2025).

Pada sesi pembuka, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Lampung memaparkan strategi pemajuan kebudayaan. Mereka menegaskan pentingnya regulasi, pembinaan, serta pelibatan perempuan dan pemuda dalam menjaga keberlanjutan seni tradisi, khususnya wayang.

"Upaya penyelamatan, pengembangan, dan pemanfaatan kesenian dinilai menjadi pondasi agar tradisi tetap hidup di masyarakat," ucap Bambang.

Menurut Bambang, forum berlevel internasional tersebut pada hari pertama memperluas konteks diskusi ke ranah global. Delegasi Rusia dan Singapura, sambung dia, membahas paradigma timur dalam wayang yang menekankan harmoni alam, ekologi, dan perdamaian.

Mantan kepala Basarnas itu menyebut, narasi memayu hayu bawana, filosofi menjaga keseimbangan dunia, diangkat sebagai pilar penting dalam diplomasi budaya Indonesia. "Sesi ini juga membahas persinggungan antara spiritualitas ketuhanan dan rasionalitas modern dalam filsafat wayang," ujar Bambang.

Dia memastikan, Senawangi memanfaatkan forum untuk memperkuat konsolidasi visi, termasuk dorongan agar wayang diposisikan sebagai paradigma global dalam hubungan internasional. "Organisasi Senawangi menekankan pentingnya mengedepankan rasa kemanusiaan dalam diplomasi untuk menjembatani keberagaman budaya antarnegara," kata Bambang.

Selain diskusi, forum menampilkan atraksi pertunjukan dari Indonesia dan Singapura, termasuk wayang urban Ki Nanang HP dan pertunjukan wayang kulit oleh dalang milenial Herjuno Pramariza Ferdhianzah. Interaksi lintas negara semakin menegaskan peran wayang sebagai jembatan antarbudaya.

Read Entire Article
Food |