Mengapa Anak Tentara Dijuluki 'Anak Kolong'?

4 hours ago 2

Sejarah 2025-10-06 01:16:54

Prajurit TNI. Julukan 'anak kolong' melekat kepada putra-putri prajurit TNI.

KURUSETRA, Salam Sedulur... Di pinggiran Kota Cimahi, Jawa Barat, deretan rumah dinas tua masih berdiri di kompleks yang pernah ramai oleh langkah sepatu lars. Cat tembok di rumah-rumah tersebut sudah mengelupas, tetapi papan kayu di bawah ranjang-ranjang besi di dalam rumah-rumah di kompleks tersebut masih kukuh. Di situlah, anak-anak prajurit tentara tidur setiap malam di kolong ranjang sehingga muncul istilah 'anak kolong'.

Julukan itu sudah melintas zaman. Mungkin bagi 'warga sipil' julukan itu hanya sekadar istrilah, tetapi bagi mereka yang tumbuh dan besar di barak, istilah itu menyimpan sejarah panjang tentang kehidupan militer, sempitnya ruang, solidaritas keluarga, dan kebanggaan yang dibentuk dari keterbatasan.

Jejak Kolonial di Balik Tangsi

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Istilah anak kolong berakar dari sistem permukiman militer yang dibangun pada masa Hindia Belanda. Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia (Balai Pustaka, 1990) disebutkan, kata “tangsi” berasal dari bahasa Belanda kazerne, tempat tinggal pasukan reguler kolonial (KNIL).

Di setiap tangsi, para serdadu pribumi berpangkat rendah menempati barak-barak kayu sederhana dengan fasilitas terbatas. Menurut catatan sejarah dalam buku Hindia Belanda dalam Data dan Fakta (Djoko Suryo, 2005), seorang prajurit berpangkat rendah hanya mendapat ruang tidur selebar 2x3 meter untuk keluarganya. Tempat tidur dari kayu panjang dibagi dua atau tiga orang. Anak-anak yang tak kebagian ranjang biasanya tidur di bawah dipan — di kolongnya.

BACA JUGA: Bendera Merah Putih Raksasa Robek Saat Gladiresik HUT ke-80 di Monas

Dari realitas itulah muncul istilah “anak kolong”: anak-anak prajurit yang tidur di kolong ranjang barak. Istilah itu mula-mula bersifat literal, tapi kemudian melekat secara sosial hingga menjadi identitas.

Dalam wawancara yang pernah dimuat Republika edisi 12 Oktober 2008, sejarawan Universitas Indonesia, Asvi Warman Adam, menjelaskan istilah “anak kolong” merefleksikan warisan sosial tentara kolonial yang hidup di bawah hirarki ketat dan kondisi ekonomi rendah.

“Sebagian besar prajurit pribumi hidup sederhana, bahkan miskin. Rumah dinas mereka bukan rumah keluarga ideal, melainkan bangunan tangsi bersama. Dari situ, istilah ‘anak kolong’ berkembang menjadi simbol anak-anak prajurit yang hidup dalam kedisiplinan, tapi juga keterbatasan,” ujarnya.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini

Image

Jangan Percaya Cerita Sebelum Baca Kurusetra

Read Entire Article
Food |