Menteri Haji: Visi Indonesia Jadi Pemimpin Global dalam Pengelolaan Haji

1 week ago 10

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Haji dan Umrah Republik Indonesia, Mochamad Irfan Yusuf atau yang akrab dipanggil Gus Irfan menegaskan komitmen Indonesia untuk menjadi pemimpin global dalam pengelolaan haji yang profesional, transparan, dan berkelanjutan. Pesan ini ia sampaikan dalam acara //7th International Hajj Fund Forum 2025// yang berlangsung di arena ISEF 2025, Kemayoran, Jakarta, Rabu (8/10/2025). 

"Visi Indonesia adalah menjadi pemimpin global dalam pengelolaan Haji, di mana iman, keunggulan layanan, dan akuntabilitas berjalan seiring. Kami meyakini bahwa melayani jamaah bukan hanya kewajiban keagamaan, tetapi juga tanggung jawab tata kelola pemerintahan yang baik.  

Dalam paparannya, Gus Irfan menyebut Indonesia kini menjadi salah satu kontributor terbesar komunitas haji dunia, dengan lebih dari 200 ribu jamaah setiap tahunnya. Karena itu, tanggung jawab pemerintah bukan hanya soal logistik, melainkan juga menciptakan pengalaman ibadah yang penuh makna dan profesional. 

Ia menegaskan, Kementerian Haji dan Umrah RI telah menetapkan tiga dimensi keberhasilan dalam pengelolaan haji dan umrah. Pertama, Keberhasilan Ibadah, yang memastikan pelaksanaan haji berjalan efektif, tertib, dan sesuai syariat. 

Kedua, Keberhasilan Ekonomi, yang menjadikan haji dan umrah sebagai katalis pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan. Ketiga, Keberhasilan Peradaban dan Etika, yang mendorong jamaah menjadi agen nilai moral dan kedisiplinan sosial. 

Menurut Gus Irfan, inti dari pengelolaan haji Indonesia ke depan adalah pelayanan yang berpusat pada jamaah.

Pendekatan ini, katanya, menitikberatkan pada keselamatan, kesehatan, bimbingan spiritual, serta dukungan teknologi digital dan inovasi kelembagaan. 

Gus Irfan juga menyoroti potensi besar ekosistem ekonomi haji yang belum tergarap optimal. Ia menyebut salah satu contoh konkret adalah transformasi asrama haji menjadi hotel haji agar dapat meningkatkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) serta melibatkan UMKM. 

Selain itu, ia mengungkapkan proyek ambisius pemerintah, yakni pembangunan Indonesia Hajj Village di Arab Saudi atau yang dikenal dengan Kampung Haji. 

"Tahun ini, kami telah memulai pembangunan Indonesia Hajj Village di Arab Saudi. Kami berharap, dengan adanya Hajj Village ini, perputaran uang jamaah Indonesia dapat tersentralisasi di sana, sekaligus memperkuat kehadiran produk dan layanan Indonesia di Tanah Suci,” kata Gus Irfan. 

Ia mengungkapkan, setiap tahun jamaah haji dan umrah Indonesia menghabiskan sekitar Rp 60 triliun (setara 3,6 miliar dolar AS) di Arab Saudi. Karena itu, ia mengajak para mitra dan investor untuk ikut menjajaki peluang pasar haji, agar belanja jamaah juga berdampak pada petani, peternak, dan pelaku industri dalam negeri. 

Gus Irfan juga menekankan pentingnya sinergi antara Kementerian Haji dan Umrah dengan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). Menurutnya, pengelolaan haji yang efektif harus menemukan keseimbangan antara penggunaan dana haji yang optimal dan peningkatan kualitas layanan. 

“Layanan yang lebih baik membutuhkan biaya yang lebih besar. Oleh karena itu, perlu sinergi dalam pengelolaan dana Haji,  di mana sisi pasokan yang diwakili oleh BPKH dan sisi permintaan yang diwakili oleh Kementerian Haji dan Umrah bekerja sama secara bertanggung jawab untuk memberikan layanan terbaik dengan biaya yang wajar,” jelasnya. 

Dalam acara ini, Gus Irfan pun mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk menjadikan haji bukan sekadar perjalanan spiritual, tetapi juga simbol tata kelola yang baik dan kolaborasi ekonomi internasional.

“Marilah kita bersama-sama menjadikan Haji tidak hanya sebagai perjalanan suci ke tanah haram, tetapi juga sebagai simbol tata kelola yang baik, kerja sama ekonomi, dan kemitraan internasional yang berkelanjutan,” ucap cucu KH Hasyim Asy'ari ini.

Read Entire Article
Food |