REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kandungan mikroplastik dalam air hujan di Jakarta ternyata bukan semata berasal dari ibu kota. Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan bahwa polusi plastik di udara turut dipengaruhi oleh wilayah penyangga seperti Bogor, Depok, Bekasi, hingga Banten dan Purwakarta.
Peneliti BRIN, Muhammad Reza Cordova, menjelaskan hasil riset yang dilakukan pada 2022 menunjukkan rata-rata kandungan mikroplastik dalam air hujan di Jakarta mencapai 3 hingga 40 partikel per meter persegi per hari.
“Air hujan yang awalnya bersih ternyata bisa menjadi media pembawa mikroplastik. Dalam waktu sangat singkat, bahkan kurang dari satu detik, partikel-partikel plastik di udara bisa larut dan ikut terbawa air hujan,” ujar Reza dalam diskusi di Balai Kota Jakarta, Jumat (24/10/2025).
Menurutnya, mikroplastik di udara berasal dari berbagai sumber, mulai dari pakaian berbahan sintetis seperti polyester dan nylon yang mudah melepaskan serat halus saat dicuci, hingga plastik sekali pakai yang masih banyak digunakan masyarakat. Meski pengelolaan sampah di Jakarta sudah mencapai lebih dari 95 persen, kondisi berbeda terjadi di daerah sekitarnya.
“Persoalan muncul di wilayah Bogor, Depok, Bekasi, Banten, hingga Purwakarta, di mana tingkat pengumpulan sampah masih rendah, bahkan di bawah 50 persen,” kata Reza.
Kondisi tersebut membuat pembakaran sampah secara terbuka masih marak, sehingga melepaskan mikroplastik dan zat berbahaya seperti dioksin ke udara.
Reza menjelaskan, partikel mikroplastik bersifat seperti spons yang mudah menyerap polutan lain, bahkan mikroorganisme dan virus. “Artinya, partikel mikroplastik dapat menjadi media pembawa polutan lain yang kemudian terhirup manusia,” ujarnya.
Fungsional Madya Pengamat Meteorologi dan Geofisika BMKG, Dwi Atmoko, menambahkan, distribusi mikroplastik tidak selalu bersumber dari daerah tempat ditemukannya. Fenomena transportasi polutan (pollutant transport) membuat partikel-partikel di udara berpindah mengikuti arah angin.
“Artinya, mikroplastik yang ditemukan di Jakarta bisa saja berasal dari wilayah lain, atau sebaliknya, partikel dari Jakarta terbawa angin ke daerah lain,” kata Dwi. Ia menambahkan, posisi Indonesia di garis ekuator dengan radiasi matahari tinggi mempercepat proses penguapan dan pembentukan awan, sehingga partikel plastik di udara akhirnya jatuh kembali ke bumi bersama hujan.
Pada musim kemarau, pembakaran terbuka juga memperburuk situasi. “Dari proses itulah, asap dan partikel mikroplastik hasil pembakaran naik ke atmosfer, lalu terbawa angin ke wilayah lain,” ujar Dwi.
Fenomena ini menegaskan bahwa pencemaran mikroplastik sudah lintas wilayah dan membutuhkan kolaborasi antar daerah dalam pengelolaan sampah serta pengendalian emisi plastik di udara.

4 hours ago
2



























:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5247874/original/059845100_1749548280-sambal-goreng-hati-sapi-dan-kentang-foto-resep-utama.jpg)



:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5244444/original/062594800_1749184393-ingredients-6800320_1280.jpg)










