Momen Sakral Jeje Peringati 10 November di Makam Pahlawan Tanpa Nama Bandung Barat

2 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT -- Bupati dan Wakil Bupati Bandung Barat Jeje Ritchie Ismail-Asep Ismail memperingati momen Hari Pahlawan, Senin (10/11/2025) di Taman Makam Pahlawan (TMP), Kampung Warung Pulus, Desa Batujajar Barat, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Momen ini begitu sakral bagi semua orang untuk mengenang dan meresapi jasa para pahlwan merebut kemerdekaan Republik Indonesia Indonesia. Berbalut setelan jas hitam dengan dasi merah lengkap dengan kopiahnya, Jeje memimpin upacara peringatan Hari Pahlawan yang dilanjutkan dengan tabur bunga.

"Ya hari ini kita sudah selesai melaksanakan upacara Hari Pahlawan di TMP Batujajar. Ini rutin digelar di sini, kalau buat saya dan pak wakil tentunya ini yang pertama kali," ujar Jeje.

Taman Makam Pahlawan yang berada dekat dengan aliran Sungai Citarum didominasi pusara pahlawan tanpa nama. Pusara itu bercat merah-putih dan anya tertera sebuah tulisan 'pahlawan tak dikenal.' Ada delapan nisan tanpa nama yang ada di sana.

Selain itu, ada juga pusara pejuang lainnya yang dilengkap dengan nama yakni Letkol Oon Sudarna, Mayor Inf Bambang, H.D. Jawadi S, serta Peltu Rukjat. Seluruh kuburan itu tampak teduh dipayungi pohon beringin besar serta sebuah monumen megah setinggi 3 meter yang dibalut keramik dan ukiran bintang warna keemasan.

Di pusara Makam Pahlawan itu, Jeje bersama Asep Ismail, serta para Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemkab Bandung Barat tak cuma sekadar tabur bunga saja di pusara-pusara, mereka mengajak veteran untuk berbagi kebahagiaan. Menghargai jasa mereka merebut kemerdekaan buat generasi masa kini.

"Kita harus menghargai para pejuang, para veteran. Memang tidak seberapa, tapi kita bisa membantu meringankan beban mereka. Tadi kita sampaikan sedikit bantuan sembako dan beberapa buah alat bantu dengar," kata Jeje.

Di momen Hari Pahlawan, Jeje menyebut ia sebagai pemimpin mesti meneladani sikap dan jiwa kesatria para pahlawan. Perjuangan dalam merebut kemerdekaan, kini dilanjutkan dalam bentuk perjuangan yang lain.

"Kita harus melanjutkan perjaungan pahlawan, jangan mau enaknya saja, leha-leha. Kita semua, generasi sekarang harus menjaga apa yang sudah diberikan para pahlawan. Saya sebagai bupati, berjuang melalui pembangunan, memperhatikan masyarakat kecil, dan bentu perjuangan lainnya yang serupa dengan perjuangan merebut kemerdekaan," papar Jeje.

Sejarah Taman Makam Pahlawan diceritakan Amar Sudarman, peneliti sejarah Bandung Barat. Ia masih mengingat ketika Sungai Citarum menjadi kuburan massal korban pembataian tentara Belanda KNIL tahun 1946-1947 atau tepatnya pascakemerdekaan Republik Indonesia.

Saat itu sedang berlangsung operasi Korps Pasukan Khusus KNIL atau Korps Speciale Troepen (KST) melakukan pembersihan terhadap masyarakat pro-kemerdekaan. Alhasil di daerah Kampung Warung Pulus Sungai Citarum kerap penuh Mayat dan potongan tubuh mengambang terbawa arus deras dari hulu.

Sasarannya, bukan saja para anggota laskar atau milisi yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Tapi juga ada warga dari anak-anak hingga para lansia karena kerap dicurigai jadi mata-mata laskar-laskar kemerdekaan.

"Kalau saya pakai rakit menyebrang sungai Citarum lewat Warung Pulus pasti selalu lihat kaki manusia mengambang atau tubuh laki-laki terikat," kata Amar.

Dia mengungkapkan setiap hari warga selalu menemukan mayat di Citarum karena KST mengeksekusi pejuang kemerdekaan mulai dari daerah Cangkir Majalaya sampai Ranca Irung Cihampelas. Sebelum dilempar ke Citarum, pasukan KST menyiksa dengan cara brutal. Paling umum, korban diikat dengan posisi ditelanjang dada, lalu digusur sebuah mobil Jeep, hingga berakhir eksekusi tembak mati.

"Saat sungai Citarum surut, sering ditemukan mayat terdampar di pinggir sungai sehingga masyarakat harus dorong ke tengah memakai bambu agar terbawa arus," Beber Amar.

Operasi penangkapan dan pembunuhan oleh tentara KST semakin menjadi-jadi saat mengetahui pejuang kemerdekaan memutus jembatan Citarum di Warung Pulus. Di bawah pimpinan Kapten Kunih serta Letnan Jankrun dan Nerpul, pembantaian yang dilakukan malah semakin buas.

"Mereka marah karena jembatan Citarum putus sehingga menyulitkan tentara bergerak," kata Amar.

Berangkat dari tragedi itulah warga berinisiatif membuat makam kamuflase atau kuburan tanpa mayat, tepat di bekas jembatan Citarum Warung Pulus. Total makam tersebut ada 10 dengan perhitungan 1 makam mewakili 100 orang korban. Namun tahun 1984 makam tersebut dipindahkan ke lokasi Taman Makam Pahlawan saat ini karena saat itu ada proyek Bendungan Saguling.

"Jadi memang makamnya enggak ada jenazahnya. Sengaja dibuat untuk mengenang para pejuang dan korban tentara KST. Tahun 84 dipindah ke atas karena ada bendungan Saguling. Nah karena di atas lahannya terbatas, jumlah makam cuma cukup 8," kata dia.

Read Entire Article
Food |