Nu'aiman dan Senyum Rasulullah: Kisah Jenaka di Balik Keseriusan Dakwah

3 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nu'aiman bin Amr, seorang sahabat dari kalangan Anshar, dikenal bukan karena kepahlawanannya di medan perang atau kecerdasannya dalam berdebat, melainkan karena perangainya yang jenaka dan konyol.

Di tengah keseriusan dakwah dan kerasnya perjuangan, Nu'aiman menjadi sosok penyegar yang seringkali mengundang tawa, bahkan dari lisan mulia Nabi Muhammad SAW. Kisah-kisah lucunya menjadi bukti bahwa dalam Islam pun, humor memiliki tempatnya tersendiri.

Salah satu kisah paling terkenal yang membuat Nabi Muhammad SAW tertawa terpingkal-pingkal adalah saat rombongan sahabat berdagang ke Syam. Nu'aiman ikut serta bersama sahabat lainnya, termasuk Abu Bakar.

Di tengah perjalanan, bekal makanan dijaga oleh seorang sahabat bernama Suaib. Nu'aiman yang iseng dan kelaparan mencoba meminta makanan, namun Suaib menolak karena makanan itu adalah titipan. Kesal dengan penolakan itu, Nu'aiman pun merancang sebuah keisengan.

Nu'aiman pergi ke pasar dan menemui para pedagang budak. Ia berteriak, "Siapa yang mau membeli budak yang gagah ini?". Para pedagang dan pembeli tertarik, apalagi Nu'aiman menawarkan dengan harga yang sangat murah. Namun, Nu'aiman memberikan satu syarat, "Budak ini memiliki satu kebiasaan aneh, yaitu selalu mengaku sebagai orang merdeka."

Para pembeli pun merasa tertantang, "Tidak masalah, kami akan membawanya bersamamu!"

Setibanya di perkemahan, Nu'aiman menunjuk Suaib dan berkata, "Ini budaknya.". Suaib yang terkejut tiba-tiba dibawa oleh para pembeli. Ia berteriak, "Aku bukan budak! Aku orang merdeka!".

Namun, karena sudah diberi tahu sebelumnya oleh Nu'aiman, para pembeli tak peduli dan tetap membawanya pergi. Mereka mengira teriakan itu bagian dari kebiasaan "aneh" si budak.

Keributan pun terjadi. Abu Bakar yang saat itu sedang pergi, pulang dan menemukan Suaib tidak ada. Setelah bertanya, ia diberitahu bahwa Nu'aiman telah "menjual" Suaib. Dengan kesal, Abu Bakar segera menyusul rombongan pembeli dan menebus kembali Suaib. Peristiwa ini kemudian sampai ke telinga Nabi Muhammad SAW.

Ketika cerita lucu itu disampaikan, Nabi SAW tertawa begitu lepas hingga gigi geraham beliau terlihat jelas. Beliau merasa terhibur dengan akal cerdik dan kenakalan Nu'aiman yang tidak merugikan secara permanen. Bahkan, hingga setahun kemudian, Rasulullah SAW masih sering menceritakan kembali kisah Nu'aiman tersebut kepada para tamunya, dan selalu diakhiri dengan tawa renyah.

Kisah lain yang tak kalah kocak adalah saat Nu'aiman melihat seorang penjual madu yang terlihat kelelahan dan dagangannya tidak laku. Merasa kasihan dan ingin berbuat baik kepada Nabi Muhammad SAW yang ia tahu menyukai madu, Nu'aiman memiliki ide yang tak biasa. Ia berpura-pura membeli madu tersebut dan membawanya ke rumah Nabi SAW. Ia kemudian berpesan kepada penjual madu, "Tunggu di sini, nanti ada yang membayar."

Nabi Muhammad SAW yang menerima madu itu mengira itu adalah hadiah. Namun, tak lama kemudian penjual madu datang menagih pembayaran. Rasulullah SAW kaget, tetapi beliau tahu siapa dalang di balik semua ini. Dengan senyum, beliau memanggil Nu'aiman dan bertanya, "Mengapa kau lakukan ini?" Nu'aiman menjawab, "Aku tahu engkau suka madu, wahai Rasulullah, tapi aku tidak punya uang untuk membelinya.". Jawaban polos dan niat baik yang dibalut keisengan itu kembali membuat Nabi tersenyum. Akhirnya, Nabi SAW tetap membayarkan harga madu tersebut.

Kelucuan Nu'aiman ini menjadi pengingat bahwa Islam tidak melulu soal hal-hal yang serius dan berat. Ada ruang untuk tawa, kegembiraan, dan kehangatan, selama tidak melampaui batas syariat dan menyakiti orang lain. Nu'aiman, dengan segala kenakalannya, tetaplah seorang sahabat yang dicintai Nabi Muhammad SAW, bahkan pernah disebut akan masuk surga sambil tertawa.

Kisah-kisahnya mengajarkan tentang pentingnya memandang hidup dengan sudut pandang yang ringan dan penuh humor, meskipun tetap berpegang teguh pada keimanan.

Read Entire Article
Food |