REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru besar psikologi dari Universitas Indonesia, Prof Rose Mini Agoes Salim, menilai rencana pemerintah untuk membatasi gim online yang mengandung unsur kekerasan seperti PUBG, belum tentu mampu menekan perilaku kekerasan di kalangan remaja. Menurutnya, kebijakan pembatasan tersebut hanya menyentuh faktor eksternal perilaku, sementara perubahan yang lebih mendasar berasal dari faktor internal individu.
"Pembatasan gim online seperti PUBG itu kan termasuk hal eksternal sebetulnya karena agar manusia bisa berperilaku lebih baik itu enggak cukup eksternal saja, tapi harus internalnya sendiri," kata Rose Mini saat dihubungi Republika.co.id, Senin (10/11/2025).
la mengatakan, pembatasan gim hanya bersifat seperti hukuman dan tidak menjamin perubahan perilaku remaja. Rose mengatakan manusia, termasuk remaja, memiliki kecenderungan untuk mencari alternatif lain jika akses terhadap sesuatu dibatasi.
"Apakah remaja ini nanti akan berubah menjadi lebih baik atau malah mencari cara lain, itu kan tidak bisa dipastikan. Apalagi manusia itu pandai, bisa saja mencari hal-hal lain," kata dia.
Rose mengungkapkan remaja memiliki rasa ingin tahu dan keinginan untuk mencoba hal baru yang sangat tinggi. Karenanya jika seorang remaja memiliki masalah di sekolah seperti menjadi korban perundungan, tak menutup kemungkinan dia terinspirasi dari apa yang dilihat di game online.
"Gim online itu bisa dijadikan contoh oleh remaja, misalnya untuk balas dendam, menjadi hero, atau melindungi diri. Jika begitu, anak bisa terdorong untuk mengikuti apa yang ada di game online tersebut," kata Rose.
la menekankan pentingnya peran orang tua dalam memberi pemahaman tentang dampak kekerasan. Selain itu, ia juga mengingatkan bahwa orang tua harus jeli memantau perilaku dan memahami kondisi emosional anak.
"Orang tua juga seharusnya tahu apakah anaknya ada penyimpangan perilaku atau butuh perhatian. Jangan dianggap kalau anaknya diam aja itu berarti aman. Orang tua perlu mengecek apakah anaknya terlalu sering bermain game sampai lupa waktu, jadi agresif ke adiknya, atau mulai menarik diri," kata dia.
Agar anak tak mudah terpengaruh hal eksternal, Rose menekankan pentingnya menanamkan nilai moral sejak dini. Antara lain nilai empati, kontrol diri, nurani, toleransi, kindness, dan yang utama membuat anak mau terbuka pada orang tua.
"Penting untuk menstimulasi nilai moral pada anak sedari dini, supaya anak itu bisa meng-insert moral itu ke dalam setiap perilaku dan kehidupannya," kata Rose.
Sebagai informasi, pemerintah Indonesia saat ini tengah mempertimbangkan pembatasan gim online seusai insiden ledakan di SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara. Pemerintah menilai penggunaan senjata dalam game seperti PUBG dapat berdampak terhadap psikologis siswa.

3 hours ago
3
































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5016061/original/098910800_1732180738-IMG-20241121-WA0027.jpg)






:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5344879/original/037827700_1757495713-Kota_Semarang.jpg)



