Rusa Betina
Curhat | 2025-04-13 15:43:43
Aku adalah perempuan rantau. Merantau bukan sekadar mengejar ilmu, tapi belajar hidup—sendiri, jauh dari keluarga, dan dekat dengan ujian demi ujian dari Allah.

Setiap kali aku jatuh, keluarga adalah tempatku pulang. Tapi dalam sepi, hanya Allah tempatku mengadu. Berkali-kali aku gagal, tapi aku tak pernah kalah. Aku terus berusaha mengejar mimpi-mimpi yang telah kutitipkan dalam doa.
Salah satu luka paling dalam datang dari seseorang yang pernah kuanggap sosok terbaik untukku. Seseorang yang kupikir akan menuntunku menjadi pribadi yang lebih baik. Tapi ternyata, Allah menjauhkannya. Mungkin karena Dia tahu, aku layak mendapatkan yang lebih dari sekadar rasa suka dan harapan semu.
Aku menyayangi dia, lebih dari yang kubiarkan orang tahu. Butuh waktu lama untuk sembuh, untuk kembali jadi diriku sendiri. Luka itu tak pernah kuceritakan pada keluargaku, karena aku merasa bersalah telah memilih dia dengan caraku sendiri.
Hingga hari ini, mungkin aku belum sepenuhnya lupa. Tapi aku sudah ikhlas. Aku percaya, Allah tak pernah mengambil sesuatu kecuali untuk menggantinya dengan yang lebih baik. Aku tak menyesal pernah jatuh—karena dari situ aku belajar berdiri dengan lebih kuat.
Aku adalah perempuan rantau. Perempuan yang pernah patah, tapi tak pernah hancur. Perempuan yang pernah disakiti, tapi tak berhenti mencintai hidup dan mencintai Tuhannya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.