Preman Sandal yang Membuat Kiai Pingsan

4 hours ago 4

Oleh Helmi Hidayat
Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

SAJADA.ID--Masjid di ujung jalan itu tiba-tiba viral di medsos gara-gara punya preman sandal. Dia Sugiono, lelaki bertubuh kekar penuh tato. Setiap Jumat dia pasti terlihat rajin mengawasi sandal para jamaah. Sugiono tak segan menggaplok siapa saja yang tepergok mencuri sandal atau pura-pura tertukar sandal padahal niat nyolong.

Sugiono tak sengaja jadi preman sandal. Dulu dia pernah mencuri, merampok, bahkan menusuk orang, lalu dipenjara. Makanya badan penuh tato. Di hotel Prodeo itu dia bertobat. Tapi, sekeluar dari penjara, dia selalu minder jika ikut salat berjamaah. Tato bisa ditutup, tapi tampilan mulut tidak bisa bohong: Sugiono tidak pandai berzikir panjang pakai bahasa Arab seperti kyai Dudin dan jamaah lainnya.

Suatu hari usai salat Jumat, Sugiono sudah berniat berzikir panjang sebisanya, tapi tiba-tiba dia mendengar keributan di luar masjid. Dia dan jamaah lain berhamburan. Ternyata ada dua lelaki berkelahi. Lelaki yang satu menuduh lelaki lainnya mencuri sandal, lelaki yang dituduh balik menuduh. Karena sandal tak punya nomor registrasi seperti mobil atau motor, sulit membuktikan siapa pemilik sandal yang dipersengketakan.

Sejak saat itu Sugiono bertekad menjaga sandal-sandal itu. Sebagai Muslim yang sudah bertobat dia malu, masa sih bertahun-tahun piano di gereja tidak hilang, di masjid sandal saja hilang? Jangan-jangan besok Tuhan yang hilang.

Maka, jadilah sejak saat itu dia selalu salat Jumat di barisan belakang, menandai dan menjagai sandal-sandal. Sejak saat itu pula dia punya label baru: preman sandal.

Sampai suatu hari, dia bertemu Kyai Fadhilah. Sang kyai lama menghilang dari masjid, terdengar kabar ia mendalami tasawuf di kaki gunung.

Sugiono mengaku minder hanya menjadi preman sandal. Dia mau seperti kyai Dudin dan ustaz-ustaz lainnya yang selalu duduk di barisan depan setiap kali salat Jumat, lalu berlama-lama berlomba zikir. Siapa pulang paling belakangan, dia paling dianggap kyai.

‘’Gampang, kamu cuma baca subhanallah, alhamdulillah, Allahu Akbar, masing-masing 33 kali, sudah selesai. Kalau mau tambah laa ilaaha illallaah, terus tambah salawat, itu lebih baik. Ini kan gampang, kita sering mendengar zikir-zikir seperti itu di banyak tempat. Hafalkan saja,’’ ujar Kyai Fadhilah.

Sugiono semangat. Suatu malam, setelah hafal dan rajin mengucapkan zikir-zikir itu, dia mau semalam suntuk baca zikir agar dosa-dosanya rontok. Usai salat Isya, jamaah sudah pulang semua, dia tutup semua pintu masjid, mematikan lampu, lalu mulai berzikir. Tengah malam, lelah berzikir, Sugiono tertidur.

Dalam tidur yang sesaat, dia bermimpi dibangkitkan dari kubur di hari kiamat. Seluruh umat manusia yang mati dibangkitkan, lalu digiring ke barisan masing-masing sesuai amal perbuatan. Tapi anehnya, Sugiono digiring bersama orang-orang yang dulu di dunia dia lihat rajin beribadah dan saleh-saleh.

Read Entire Article
Food |