Riset Alvara: Gen Z Makin Tertarik Mondok, Ingin Dalami Agama Sekaligus Ilmu Umum

3 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Minat generasi muda, khususnya Gen Z, untuk belajar di pesantren ternyata masih tinggi. Namun, orientasi mereka kini lebih luas. Tak hanya ingin mendalami ilmu agama, mereka juga ingin mempelajari ilmu-ilmu umum seperti komputer, ekonomi, dan sains.

CEO Alvara Research Center Hasanuddin Ali menyampaikan, riset terbaru pihaknya menunjukkan bahwa keberminatan Gen Z untuk mondok mencapai 60,9 persen, disusul milenial 59,8 persen, dan Gen X 58,6 persen.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

“Pesantren sekarang tidak hanya fokus pada ilmu agama, tapi juga membuka diri terhadap ilmu umum. Namun, nilai dan core value santri tetap menjadi ciri khas yang tidak dimiliki lembaga pendidikan lain,” ujar Hasanuddin dalam diskusi bertajuk "Refleksi Hari Santri, Pesantren, dan Harapan Generasi Muda" yang digelar di Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Dari hasil survei terhadap 702 responden, hanya 11,1 persen yang ingin fokus sepenuhnya pada ilmu agama, sementara 79 persen menginginkan kombinasi dengan porsi agama lebih besar, dan 9,9 persen ingin porsi ilmu umum lebih dominan.

Menariknya, bidang ilmu yang paling diminati di pesantren justru kini didominasi sains dan teknologi. Sebanyak 60,5 persen responden memilih Ilmu Komputer dan Teknologi Digital, diikuti Ilmu Ekonomi dan Manajemen (56,7 persen), Ilmu Pengetahuan Alam (53 persen), dan Ilmu Kesehatan (48,9 persen).

Hasanuddin menambahkan, faktor utama yang kini menjadi pertimbangan orang tua dan calon santri dalam memilih pesantren adalah fasilitas, disusul oleh sosok kiai dan rekam jejak pesantren.

“Pesantren perlu memperkuat fasilitas serta kurikulum umum tanpa kehilangan ruh keislamannya. Dengan begitu, pesantren akan tetap menjadi pilihan utama masyarakat,” ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Mantan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Sunanto sependapat bahwa pesantren kini perlu beradaptasi dengan perubahan zaman.

“Dulu pesantren sangat tertutup dan penuh perjuangan. Sekarang, pesantren harus siap berubah dari sisi fasilitas dan pola pendidikan, tapi jangan meninggalkan nilai-nilai moral yang telah menjadi jati diri pesantren,” katanya.

Ia mengingatkan bahwa di tengah kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), santri tetap harus memegang teguh adab terhadap guru dan kiai. “Adaptasi perlu, tapi jangan hilangkan keyakinan terhadap guru,” jelasnya.

Sementara itu, Pengasuh Ponpes Al Huda Doglo, Boyolali, Aunullah A’la Habib menambahkan, globalisasi dan perkembangan teknologi menjadi tantangan besar bagi pesantren.

“Orang alim sekarang belum tentu didengar karena tidak populer di media sosial. Pesantren harus belajar dan terbuka dengan realitas zaman agar tetap relevan,” ujarnya.

Influencer yang juga mantan santri, Rinaldi Nur Ibrahim mendorong para santri untuk percaya diri mengembangkan potensi diri.

“Kuncinya ada pada kepercayaan diri. Kalau kita ingin dikenal dan dipercaya orang lain, kita harus duluan percaya dengan diri sendiri,” ujar santri asal Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan ini.

Menurut Rinaldi, banyak santri memiliki potensi besar untuk sukses di berbagai bidang, termasuk wirausaha dan dunia digital. “Santri bisa jadi pebisnis, bisa berpengaruh. Semua bisa dimulai dari pesantren,” ucapnya.

Diskusi tersebut menegaskan satu hal penting. Dunia pesantren kini sedang berada di persimpangan antara tradisi dan modernitas. Namun, dengan semangat adaptif tanpa kehilangan nilai, pesantren diyakini akan tetap menjadi penjaga moral sekaligus pusat lahirnya generasi unggul masa depan.

Read Entire Article
Food |