Saatnya Manfaatkan Sawah Sebagai Sumber Energi

4 days ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Upaya mencari sumber energi terbarukan mendorong pemanfaatan sektor pertanian sebagai bagian dari solusi transisi energi. Salah satu inisiatif yang belakangan hangat diperbincangkan adalah pemanfaatan jerami padi sebagai bahan bakar alternatif melalui inovasi bernama Bobibos.

Jerami yang selama ini kerap diperlakukan sebagai limbah pascapanen kini diproyeksikan memiliki nilai tambah sebagai sumber energi baru berbasis biomassa. Inisiator Green Merah Putih Fauzan Rachmansyah menilai inovasi energi dari jerami membuka peluang pemanfaatan sumber daya lokal yang selama ini terabaikan.

Ia menyebut pemanfaatan jerami sebagai energi terbarukan memberi dampak positif bagi sektor pertanian dan lingkungan. “Jerami bisa menjadi energi terbarukan itu memberikan dampak yang sangat positif,” kata Fauzan dalam keterangannya, Senin (15/12/2025).

Fauzan menilai inovasi tersebut dapat mendorong produktivitas pertanian karena seluruh hasil panen memiliki nilai ekonomi. Menurutnya, jerami yang sebelumnya kerap menjadi persoalan bagi petani kini berpotensi menjadi komoditas bernilai tambah.

“Masyarakat akan berbondong-bondong menanam padi, padinya jadi beras dan dijual dan jeraminya yang selama ini para petani bingung mau diapakan bisa menjadi sesuatu nilai tinggi,” ujar Fauzan.

Ia juga menyoroti pemanfaatan jerami yang selama ini terbatas sebagai pakan ternak. Jika dikelola dengan baik, jerami dinilai dapat mengurangi praktik pembakaran terbuka, menekan pencemaran udara, sekaligus membuka peluang kerja baru di pedesaan.

“Semakin banyak pihak yang melakukan riset dan mencari solusi, semakin besar peluang Indonesia menemukan jalan keluar dari persoalan energi dan lingkungan,” ucap Fauzan.

Sementara itu, pengamat otomotif Bebin Juana menilai transisi energi merupakan kebutuhan strategis yang tidak terelakkan. Namun, menurutnya, keberhasilan energi alternatif tidak bisa hanya bertumpu pada inovasi awal, melainkan harus ditopang kesiapan skala ekonomi dan pasokan bahan baku.

“Energi alternatif harus layak secara ekonomi, bisa diproduksi massal, dan tidak membebani konsumen,” ujar Bebin.

Bebin mencontohkan keberhasilan Brasil mengembangkan energi terbarukan karena didukung surplus bahan baku dan kebijakan yang konsisten. Ia melihat jerami sebagai limbah pertanian memiliki potensi, tetapi perlu diuji dari sisi kesinambungan pasokan dan konsistensi kualitas.

“Secara konsep, ada potensi karena jerami adalah limbah. Tapi kita belum tahu apakah jumlahnya cukup untuk kebutuhan nasional dan apakah pasokannya stabil. Yang penting itu kualitas dan volumenya harus konsisten,” ucap Bebin.

Menurut Bebin, kebutuhan energi nasional sangat besar dan mencakup berbagai sektor, mulai dari transportasi darat hingga perikanan dan industri. Karena itu, setiap sumber energi alternatif perlu dikaji secara komprehensif agar tidak menimbulkan ekspektasi yang keliru di masyarakat.

“Berapa banyak aren di Indonesia? Kebutuhan bahan bakar itu besar sekali, bukan hanya untuk kendaraan darat, tapi juga kapal nelayan. Lalu masyarakat di media sosial membandingkan dua hal ini secara sederhana, padahal kasusnya tidak sesederhana itu,” ujar Bebin.

Terkait biodiesel, Bebin menilai penggunaan minyak sawit relatif logis karena Indonesia memiliki pasokan besar. Namun ia mengingatkan peningkatan kadar campuran bahan bakar harus mempertimbangkan kesiapan teknologi kendaraan.

“Ketika persentasenya dinaikkan terlalu tinggi, itu berbahaya. Tidak ada merek mobil yang siap menerima B35. Harus berhati-hati agar konsumen tidak rugi. Selain itu ada unsur politis dalam urusan kilang minyak dan kualitas BBM kita yang tertinggal dibanding negara lain,” ucap Bebin.

Read Entire Article
Food |