Pengungsi dari Sudan melakukan aksi protes di depan kantor UNHCR, Jakarta, Senin (3/11/2025). Dalam aksinya mereka menuntut pihak UNHCR untuk segera mengambil peran dalam menghentikan genosida yang terjadi di Sudan serta menjamin hak perlindungan keamanan bagi warga sipil. Konflik perang sipil yang terjadi di Sudan kini telah berlangsung selama lebih dari dua tahun dan eskalasinya terus meningkat. Terbaru, Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Force) RSF telah mengambil alih dan menyerbu wilayah el Fasher, Ibu Kota bagian Darfur Utara, dengan membunuh sebanyak 2.200 orang serta 390 ribu warga terpaksa mengungsi pada akhir Oktober lalu.
REPUBLIKA.CO.ID, KHORTOUM— Perdana Menteri Sudan, Kamal Idris, mengatakan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) tidak dapat menguasai kota El Fasher, ibu kota negara bagian Darfur Utara.
Dia menjelaskan klaim mereka untuk menguasai kota tersebut hanyalah ilusi dan penguasaan yang tidak berarti. Bagaimana mereka bisa menguasai kota yang hampir kosong setelah membunuh penduduknya dengan kejam, mengubur orang-orang hidup-hidup, dan membunuh wanita, anak-anak, dan orang tua?
Dalam wawancara khusus dengan Aljazeera, dikutip Kamis (6/11/2025) dia menegaskan bahwa masalah penguasaan membutuhkan legitimasi internasional atau pengakuan internal, regional, dan internasional, sedangkan geng bersenjata dan milisi ini tidak memiliki keduanya.
Perdana Menteri Sudan menolak menggunakan istilah "pasukan dukungan cepat" untuk mereka. Istilah ini awalnya muncul dalam konteks hukum ketika mereka masih menjadi bagian dari pasukan militer Sudan, dan kemudian dibubarkan juga dalam kerangka hukum.
Dia mengatakan yang sekarang memerangi pemerintah Sudan adalah sekelompok tentara bayaran dan milisi pemberontak.
Dia menambahkan, para pemberontak dan tentara bayaran ini telah melanggar keputusan internasional yang sah dan keputusan Dewan Keamanan ketika mereka memberontak terhadap wilayah kekuasaan yang semula mereka jaga.
Mengenai mundurnya tentara Sudan dari El Fasher, Idris menggambarkan hal itu sebagai penarikan taktis dan menolak untuk menggambarkannya sebagai mundur yang berarti kekalahan menurut istilah militer, yang tidak terjadi.
Sebaliknya, penarikan pasukan Sudan adalah hal yang wajar yang dilakukan sesuai dengan rencana militer untuk kembali ke medan perang.
Idris menunjukkan optimismenya terhadap kemampuan tentara Sudan untuk memadamkan perang ini dan merebut kembali El Fasher.

5 hours ago
3































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5016061/original/098910800_1732180738-IMG-20241121-WA0027.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5279254/original/067751900_1752132134-Kerak_Telor_JFK_2025.jpeg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5280345/original/085190400_1752221910-pexels-towfiqu-barbhuiya-3440682-26707585.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5344879/original/037827700_1757495713-Kota_Semarang.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5280821/original/002199600_1752287018-0E6A2474-01.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5005646/original/001862500_1731587965-Screenshot_2024-11-07_201311.jpg)

