Tawaran Amerika Buat Hamas: Senjata dan Terowongan Ditukar Kebebasan dan Keamanan

3 hours ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sebuah langkah yang bisa disebut sebagai "tawaran pertukaran paling berani" dalam konflik Gaza yang berlarut-larut, pemerintahan Trump secara diam-diam mengajukan proposal kontroversial kepada Hamas.

Namun, di balik tawaran ini, tersembunyi dilema politik yang rumit. Bagi Hamas, ini berarti melepaskan senjata yang menjadi nyawa perjuangan mereka, sementara bagi Israel, memberikan amnesti kepada militan adalah harga yang hampir mustahil dibayar oleh koalisi sayap kanan Netanyahu.

Laporan dari Axios yang mengutip pejabat AS ini mengungkap bahwa ide ini ingin memanfaatkan kebuntuan saat ini, di mana sejumlah militan Hamas terperangkap di dalam terowongan di belakang garis Israel, khususnya di kota Rafah, sebagai "contoh percobaan" untuk melucuti senjata kelompok tersebut, sebagaimana diberitakan Sputnik.

Inti proposalnya adalah para pejuang di terowongan itu diminta menyerah dan menyerahkan senjatanya kepada pihak ketiga: bisa Mesir, Qatar, atau Turki. Sebagai imbalannya, mereka akan mendapat pengampunan (amnesti) dari Israel dan dipindahkan kembali ke wilayah yang masih dikendalikan Hamas, sementara terowongan mereka akan dihancurkan. Dengan kata lain, ini adalah semacam "kesepakatan": senjata dan terowongan ditukar dengan kebebasan dan keamanan.

Rencana ini sebenarnya sudah dijalankan pekan lalu. Saat itu, para pejuang Hamas di Rafah diberi tawaran untuk mendapat jaminan keamanan selama 24 jam agar bisa menyeberangi "garis kuning" yang memisahkan zona pertempuran.

Awalnya Hamas ragu-ragu, tapi akhirnya setuju. Sayangnya, ketika mereka menyetujui, Israel menyatakan bahwa kesempatan itu sudah tertutup. Momen emas itu pun hilang.

Meski sempat gagal, pejabat Amerika tidak menyerah. Dengan bantuan dari Kepala Intelijen Turki, Ibrahim Kalin, mereka kini berusaha keras untuk menghidupkan kembali gagasan tersebut.

Seorang pejabat AS mengatakan bahwa model ini "mungkin bisa diperluas ke wilayah lain di Gaza," sementara pejabat lain menambahkan bahwa meski Israel bersikap "maksimalis seperti biasa," proses negosiasi masih terus berjalan.

Namun, di balik usaha itu, tantangan terberat justru ada di dua sisi. Bagi tim Trump, meyakinkan pejuang Hamas untuk rela menyerahkan senjata adalah bagian paling sulit dari rencana perdamaian Gaza mereka.

Sementara bagi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, memberikan amnesti bagi para militan adalah "garis merah" politik yang hampir mustahil dilewati, mengingat koalisi pemerintahannya didominasi oleh partai-partai sayap kanan yang berpandangan keras terhadap Hamas.

Read Entire Article
Food |