Unika Atma Jaya Perkuat Gagasan Pendidikan Kebijakan Publik di Indonesia

4 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institute of Public Policy (IPP) Unika Atma Jaya (UAJ) menggelar Diskusi Publik bertajuk 'Urgensi Pendidikan Lanjutan Kebijakan Publik di Indonesia' di Gedung Yustinus lantai 15, Kampus Semanggi, Jakarta, Rabu (29/10/2025). Forum ini mempertemukan para akademisi, pembuat kebijakan, dan praktisi lintas sektor untuk membahas arah baru pendidikan kebijakan publik di Indonesia. Di tengah perubahan sosial-politik yang pesat, kebutuhan akan perumus kebijakan yang berpikir kritis dan berbasis bukti menjadi semakin mendesak.

Dalam sambutan pembuka, Rektor Unika Atma Jaya, Prof Yuda Turana menekankan bahwa visi Indonesia Emas hanya dapat terwujud jika universitas turut menjadi bagian dari penguatan kebijakan publik di Indonesia. Yuda menilai bahwa peran perguruan tinggi tak berhenti pada inovasi teknologi, tetapi juga pada penciptaan produk kebijakan berbasis bukti ilmiah yang berdampak bagi masyarakat.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

"Kebijakan publik yang baik lahir dari riset yang kuat dan kolaborasi lintas disiplin. Karena itu, pendidikan kebijakan publik menjadi sangat penting agar setiap keputusan didukung oleh evidence yang kokoh dan nilai kemanusiaan yang jelas," tuturnya.

Pandangan serupa disampaikan Direktur Eksekutif IPP, Dr Salvatore Simarmata. Dosen yang akrab disapa Tore ini menilai pentingnya mengkaji ulang arah pendidikan kebijakan publik di Indonesia di tengah berbagai tantangan dan peluang yang ada. Selanjutnya, menurut Tore, IPP UAJ berkomitmen mewujudkan evidence-based policy untuk masa depan Indonesia yang lebih sejahtera, adil, dan inklusif.

"Forum ini menjadi wadah untuk menampung gagasan dan memajukan isu-isu kebijakan publik yang berorientasi pada masa depan berkelanjutan. Melalui riset kolaboratif, advokasi, dan dialog lintas sektor, kami berharap terjalin kerja sama yang lebih luas untuk membangun Indonesia yang berkeadilan dan berbasis bukti,” ungkap Tore.

Sorotan mengenai arah masa depan pendidikan kebijakan publik turut diperdalam oleh Keynote Speech dari Walter F. LaFeber Professor of Government and Public Policy, Cornell University, Prof Thomas Pepinsky. Mengusung topik 'Public Policy Education: State of the Field and Future Directions' ia menyoroti pentingnya membangun sistem pendidikan kebijakan publik yang tangguh relevan, dan berorientasi pada dampak nyata.

Ia menggarisbawahi ada enam hal mendasar yang menjadi pijakan setiap lembaga pendidikan kebijakan publik, yakni siapa mahasiswa yang diajar, jenjang pendidikan yang ditawarkan, siapa pengajarnya, fokus bidang yang dikembangkan, sumber daya yang tersedia, dan dampak yang ingin dicapai.

Menurutnya, pendidikan kebijakan publik tak hanya soal struktur akademik, tetapi juga soal arah moral dan intelektual. Ia menekankan bahwa kemajuan bidang ini bergantung pada kepemimpinan visioner, komitmen terhadap riset yang bermakna, serta kemitraan lintas disiplin dan lembaga.

"Kepemimpinan tidak hanya datang dari kepala institusi, tapi juga dari para pendidik dan mahasiswa yang berani berpikir visioner demi membangun sistem pendidikan kebijakan yang lebih baik," kata Thomas.

Diskusi kemudian berlanjut dalam sesi panel yang menghadirkan sembilan narasumber lintas bidang. Panel pertama, bertajuk 'Urgensi Pendidikan Kebijakan Publik Lanjutan' membuka rangkaian dengan paparan dari Kepala Lembaga Administrasi Negara, Dr. Muhammad Taufiq, DEA, menyusul kemudian Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Layanan Khusus, Kemendikdasmen, Tatang Muttaqin, serta Founder dan CEO Think Policy, Andhyta Firselly Utami.

Usai menyoroti urgensi pendidikan lanjutan di bidang kebijakan publik, pembahasan berlanjut ke Panel kedua yang mengupas 'Peluang dan Tantangan Pendidikan Kebijakan Publik Lanjutan.' Diskusi ini diawali oleh Akademisi School of Government and Public Policy, Dr Dwi Agus Yuliantoro, disambung dengan IPP Senior Research Fellow sekaligus Dosen FEB UAJ, Dr. Agustinus Prasetyantoko, kemudian Policy Partnership Lead SKALA, Dr Iskhak Fatonie, dan Kepala Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri, Kementerian Dalam Negeri, Dr Yusharto Huntoyungo.

Menegaskan arah penguatan pendidikan kebijakan publik, panel ketiga sekaligus penutup rangkaian diskusi ini mengangkat tema 'Desain Kurikulum dan Ekosistem Pendidikan Kebijakan Publik yang Berdampak' menghadirkan Board Member Yayasan Atma Jaya, Prof. Dr. Francisia Saveria Sika Seda, disusul Wakil Ketua Ikatan Nasional Analis Kebijakan (INAKI), Dr Bima Haria Wibisana, dan diskusi ini ditutup oleh Assistant Professor Monash University Indonesia, Sabina S. Puspita.

Dengan terlaksananya forum ini, Unika Atma Jaya menegaskan komitmennya sebagai institusi pendidikan yang memprakarsai lahirnya kebijakan publik berbasis pengetahuan dan nilai kemanusiaan untuk memperkuat tata kelola kebijakan di Indonesia.

Read Entire Article
Food |