ringkasan
- Hojicha dan matcha, meski dari tanaman teh yang sama, memiliki perbedaan mendasar pada proses pengolahan, warna, rasa, aroma, dan kandungan kafeinnya.
- Matcha kaya antioksidan dan kafein tinggi untuk fokus, sementara hojicha rendah kafein, menenangkan, dan baik untuk pencernaan.
- Kedua teh ini populer di Indonesia karena manfaat kesehatan dan fleksibilitasnya dalam berbagai kreasi minuman, dengan matcha digemari generasi muda dan hojicha sebagai alternatif yang sedang naik daun.
Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, dunia teh Jepang semakin meramaikan gaya hidup modern di Indonesia. Dua bintang utama yang kian digemari adalah matcha dan hojicha, minuman teh yang menawarkan pengalaman rasa unik dan segudang manfaat kesehatan.
Meskipun keduanya berasal dari tanaman teh yang sama, Camellia sinensis, proses pengolahan yang berbeda secara signifikan menciptakan karakteristik yang kontras. Ini membuat banyak orang bertanya-tanya tentang perbedaan esensial antara keduanya.
Artikel ini akan mengupas tuntas perbedaan hojicha dan matcha, mulai dari proses pembuatan, profil rasa, hingga manfaat kesehatannya. Mari kita selami lebih dalam mengapa kedua teh ini begitu menarik perhatian.
Mengenal Lebih Dekat: Proses dan Karakteristik Unik Hojicha dan Matcha
Perbedaan utama antara hojicha dan matcha terletak pada metode pengolahan yang memengaruhi warna, rasa, aroma, dan kandungan kafeinnya. Proses inilah yang menjadi kunci pembeda dari kedua jenis teh yang populer ini.
Matcha dibuat dari daun teh muda yang ditanam di tempat teduh selama beberapa minggu sebelum panen, sebuah teknik untuk meningkatkan kadar klorofil dan L-theanine. Daun-daun ini kemudian dikukus, dikeringkan, dan digiling menjadi bubuk halus, menghasilkan warna hijau cerah yang khas dan rasa umami yang kuat, sedikit pahit, serta vegetal.
Sementara itu, hojicha dibuat dari daun teh hijau yang dipanggang pada suhu tinggi setelah dikukus. Proses pemanggangan ini mengubah warna daun menjadi cokelat kemerahan dan memberikan aroma panggang yang khas, seperti kacang atau karamel, dengan sentuhan manis yang lembut. Ini juga menghilangkan rasa pahit yang sering ditemukan pada teh hijau lainnya.
Kandungan kafein juga menjadi perbedaan hojicha dan matcha yang mencolok. Matcha memiliki kafein yang cukup tinggi, sekitar 68 mg per cangkir, bahkan bisa mencapai 3,2 gram per 100 gram bubuk. Sebaliknya, hojicha memiliki kadar kafein yang sangat rendah, sekitar 8 mg per cangkir, menjadikannya pilihan ideal untuk dinikmati di sore atau malam hari tanpa mengganggu tidur.
Manfaat Kesehatan: Mana yang Lebih Cocok untuk Sahabat Fimela?
Baik hojicha maupun matcha menawarkan manfaat kesehatan yang signifikan, namun dengan penekanan yang sedikit berbeda sesuai karakteristiknya. Memahami manfaat ini dapat membantu Sahabat Fimela memilih teh yang paling sesuai dengan kebutuhan.
Matcha kaya akan antioksidan kuat seperti EGCG, yang membantu melawan radikal bebas dan mencegah kerusakan sel. Kombinasi kafein dan L-theanine dalam matcha juga meningkatkan fokus dan konsentrasi tanpa efek gelisah, serta mendukung metabolisme dan kesehatan jantung. Kandungan klorofilnya yang tinggi juga membantu proses detoksifikasi alami tubuh.
Di sisi lain, hojicha dikenal karena kadar kafeinnya yang sangat rendah, menjadikannya pilihan sempurna bagi mereka yang sensitif terhadap kafein, anak-anak, atau lansia. Hojicha juga dapat meredakan stres dan menenangkan berkat senyawa L-theanine, serta mendukung pencernaan karena tingkat keasaman yang rendah. Polifenol dalam hojicha juga berkontribusi pada kesehatan kulit dan jantung.
Meskipun kandungan antioksidan hojicha lebih rendah dari matcha karena proses pemanggangan, teh ini tetap mengandung polifenol, flavonoid, dan katekin yang melindungi sel tubuh. Jadi, pilihan terbaik tergantung pada preferensi pribadi dan kebutuhan kesehatan Sahabat Fimela.
Tren Hojicha dan Matcha di Indonesia: Mengapa Kian Digemari?
Minat masyarakat Indonesia terhadap matcha dan hojicha menunjukkan peningkatan signifikan, terutama di kalangan generasi muda. Popularitas ini didorong oleh berbagai faktor, mulai dari gaya hidup sehat hingga daya tarik visual.
Matcha sempat populer sekitar tahun 2013-2015, kemudian kembali bangkit dengan kuat, didorong oleh kafe-kafe modern dan *outlet* minuman kekinian yang menyajikan berbagai kreasi matcha. Berdasarkan pencarian daring, kata kunci "matcha" mengalami kenaikan 30% pada tahun 2022, dan pada tahun 2023, restoran serta kafe berbasis matcha meningkat hingga 45%.
Fenomena ini didukung oleh cita rasa unik yang fleksibel, daya tarik visual warna hijau cerah yang *instagrammable*, serta kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat. Generasi Milenial dan Gen Z menjadi segmen terbesar yang mengonsumsi matcha, mencari aspek kesehatan dan estetika produk. Kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya menjadi pusat tren ini.
Hojicha juga mulai menyusul sebagai tren global, termasuk di Indonesia, karena rasa dan aroma yang unik serta manfaat kesehatannya. Hojicha latte, dengan kadar kafein rendah, menjadi populer karena mampu meningkatkan tenaga dan suasana hati. Ahli seperti Reza Tjahjono dan Raihan Tjahjono dari Teanology berpendapat bahwa tren matcha kembali bergeliat karena dunia artisan semakin berkembang, sementara Calvin Yong dari CY Beverages melihat peningkatan konsumsi matcha sejak pandemi karena kesadaran akan minuman sehat meningkat.
Cara Terbaik Menikmati: Kreasi Hojicha dan Matcha untuk Setiap Selera
Kedua teh ini dapat dinikmati dengan berbagai cara, dari metode tradisional hingga kreasi modern yang inovatif. Memahami cara penyajian yang berbeda akan memperkaya pengalaman Sahabat Fimela dalam menikmati hojicha dan matcha.
Untuk matcha, Sahabat Fimela bisa mencoba metode tradisional (Usucha) dengan menyeduh bubuk matcha menggunakan air panas (70-80°C) dan mengaduknya dengan *chasen* hingga berbusa lembut. Matcha juga populer dalam bentuk latte dengan susu, smoothie buah, atau sebagai bahan dalam *dessert* sehat seperti *overnight oats*. Untuk manfaat kesehatan optimal, disarankan mengonsumsi matcha tanpa tambahan susu atau gula.
Hojicha dapat dinikmati dengan menyeduh daun teh dalam air panas selama 1-2 menit seperti teh pada umumnya. Bubuk hojicha juga bisa diolah menjadi hojicha latte, baik hangat maupun dingin, atau disajikan sebagai minuman dingin yang menyegarkan. Selain itu, hojicha juga dapat digunakan sebagai bahan masakan dalam sup, kaldu, atau saus, serta dalam bentuk es krim atau *dessert* lainnya.
Secara keseluruhan, baik hojicha maupun matcha menawarkan pengalaman yang kaya dan beragam, baik dari segi rasa maupun manfaat kesehatan. Minat masyarakat Indonesia yang terus meningkat menunjukkan bahwa kedua teh ini telah berhasil menempatkan diri sebagai bagian penting dari gaya hidup sehat dan kuliner modern.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.