Board Expert Hippindo Yongky Ajak Lapisan Menengah Berkreasi Buat Peluang

3 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Indonesia tengah memasuki fase penting yang akan menentukan arah perekonomiannya satu dekade ke depan. Menurut Yongky Surya Susilo, Consumer & Retail Strategist sekaligus Board Expert Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO), periode 2025–2035 adalah “Dekade Kritis”, di mana Indonesia akan diuji apakah mampu menjadi negara maju atau justru menua sebelum kaya (getting old before getting rich).

​Acara diskusi berlangsung selama lima jam ini mempertemukan para pengusaha dan profesional alumni Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) untuk membahas strategi menghadapi perubahan ekonomi global dan tantangan daya beli masyarakat.

​“Jendela bonus demografi akan mencapai titik balik sekitar 2030–2040. Kalau tidak dimanfaatkan untuk menaikkan produktivitas dan inovasi, pertumbuhan akan melambat,” kata Yongky dalam forum “Beyond Tomorrow: Strategi Tetap Bertumbuh dalam Pergolakan Ekonomi dan Prediksi Perekonomian ke Depan”, yang digelar oleh Kamajaya Business Club (KBC) di Nara Kupu Yogyakarta.

​Dalam paparannya, Yongky Susilo, yang juga pernah menjabat sebagai Executive Director The Nielsen Company dan Head of KADIN Indonesia Trading House, menyoroti tanda-tanda perlambatan konsumsi rumah tangga — mesin utama ekonomi Indonesia. Data Fast-Moving Consumer Goods (FMCG) kuartal II menunjukkan pertumbuhan 1% secara nilai, tetapi volume penjualan 3%.

​“Fenomena trading down makin nyata. Konsumen beralih ke merek lebih murah, kemasan lebih kecil, dan frekuensi belanja menurun,” ujarnya.

​Fenomena tersebut, lanjut Yongky, mencerminkan pergeseran perilaku konsumsi masyarakat dari kebutuhan barang ke pengalaman. Ia menyebut fenomena ROJALI (rombongan hanya lihat-lihat) dan ROHANA (rombongan hanya nanya) yang kini umum terjadi di pusat perbelanjaan Indonesia.

​“Mal tetap ramai, tapi daya beli tidak sekuat dulu. Banyak pengunjung hanya melihat-lihat toko tanpa belanja, lalu mengalihkan pengeluaran ke restoran. Ini sinyal jelas bahwa struktur konsumsi bergeser dari kebutuhan barang ke pengalaman,” jelasnya.

​“Banyak rumah tangga kelas menengah tidak menerima THR sehingga penjualan musiman melemah,” katanya.

​Yongky juga menyoroti maraknya pinjaman daring dan judi online yang menggerus kemampuan menabung dan mengelola keuangan secara sehat. Ia menekankan pentingnya peran sektor swasta dan komunitas bisnis seperti KBC untuk mendorong penciptaan lapangan kerja baru.

​“Kebijakan makro penting, tapi perubahan juga harus datang dari para pelaku usaha. Komunitas seperti KBC bisa jadi motor kolaborasi untuk mendorong pertumbuhan sektor riil,” ujarnya.

​Forum Beyond Tomorrow juga menghadirkan sesi diskusi panel bersama para anggota KBC yang berbagi pengalaman terkait inovasi dan ketahanan bisnis di masa sulit.

Fransiscus Go, Ketua Bidang KBC dan Pendiri GMT Property Management, menegaskan bahwa alumni Atma Jaya memiliki peran strategis dalam memperkuat struktur ekonomi riil.

​“Kita tidak bisa menunggu kebijakan pemerintah. Kelas menengah hanya bisa bertahan kalau kita berkolaborasi menciptakan peluang,” ujarnya.

​Fransiscus Go memaparkan sejumlah sektor yang dinilai paling prospektif dalam dekade ini, meliputi bisnis UMKM digital dan e-commerce lokal, bisnis berbasis keberlanjutan, edukasi dan pelatihan digital, layanan kesehatan terpadu, hospitality dan wellness lokal, F&B, fintech dan microfinance, ekonomi kreatif berbasis karakter lokal, properti dan smart living, serta bisnis berbasis kecerdasan buatan dan automasi.

​“Saya berharap para member KBC memanfaatkan sebaik-baiknya informasi yang diperoleh dari Pak Yongky Susilo untuk bisa dikembangkan di bisnis masing-masing. Kelemahan yang saya lihat saat ini adalah lemahnya kolaborasi bisnis antar-pengusaha alumni UAJY dalam mengembangkan omzet usahanya,” kata Fransiscus Go yang juga alumni Lemhannas Angkatan 49.

Acara ditutup oleh Stevan Mandagi, ketua panitia, yang mengajak alumni untuk memperkuat jejaring bisnis dan meninjau kembali relevansi usaha pada era perubahan cepat.

​“Forum ini bukan sekadar wacana. Mari lihat kembali apakah bisnis kita hari ini sudah relevan dengan arah masa depan,” katanya.

​Dengan semangat kolaborasi lintas generasi, KBC menegaskan komitmennya untuk memperkuat peran alumni Universitas Atma Jaya Yogyakarta dalam menciptakan peluang kerja, mendorong pertumbuhan sektor riil, dan menjaga optimisme. 

Read Entire Article
Food |