Boni Hargens: Pentingnya DPR dalam Penunjukan Kapolri untuk Checks and Balances

6 hours ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA, – Pengamat politik Boni Hargens menegaskan bahwa penunjukan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) dengan melibatkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah bagian penting dari sistem checks and balances dalam demokrasi Indonesia. Menurutnya, mekanisme ini memastikan akuntabilitas dan representasi kepentingan rakyat dalam memilih pimpinan lembaga penegak hukum yang strategis.

"Demokrasi selalu meletakkan suara rakyat sebagai kunci dalam pertimbangan dan pembuatan kebijakan publik. Dalam konteks ini, DPR adalah perwakilan rakyat yang tak bisa dilangkahi dalam penentuan Kapolri," kata Boni dalam keterangan di Jakarta, Jumat.

Pengajuan penunjukan langsung oleh eksekutif tanpa melibatkan legislatif, menurut Boni, dapat menciptakan konsentrasi kekuasaan yang berbahaya dan mengurangi mekanisme pengawasan demokratis. Boni membeberkan empat kelemahan dari usulan penunjukan langsung Kapolri oleh Presiden.

Kritik Terhadap Penunjukan Langsung

Pertama, usulan tersebut melanggar prinsip checks and balances karena menghilangkan peran pengawasan legislatif, sehingga berpotensi menimbulkan penyalahgunaan kekuasaan eksekutif tanpa kontrol memadai. Kedua, mekanisme ini mengabaikan representasi rakyat, di mana DPR merupakan lembaga yang dipilih langsung oleh rakyat untuk mewakili kepentingan mereka.

Kelemahan ketiga, penunjukan langsung dapat membuka cela politisasi yang lebih besar, menjadikan Kapolri lebih bergantung kepada Presiden dan berpotensi menjadikan kepolisian sebagai alat politik eksekutif. Keempat, usulan ini mengurangi transparansi dan akuntabilitas. Proses fit and proper test di DPR memberikan ruang publik untuk menilai kualifikasi dan integritas calon Kapolri.

Sejalan dengan kritik ini, Boni berpendapat bahwa perubahan mekanisme penunjukan Kapolri memerlukan perdebatan konstitusional yang lebih luas. Usulan kontroversial tersebut, katanya, mengalihkan perhatian dari agenda reformasi substantif yang lebih mendesak seperti penguatan integritas, profesionalisme, dan pemberantasan korupsi internal.

Pandangan Alternatif Tentang Keterlibatan DPR

Adapun, usulan agar calon Kapolri tidak perlu diseleksi oleh DPR juga sempat muncul dari mantan Kapolri periode 2001-2005, Jenderal Pol (Purn) Da’i Bachtiar. Menurut Da'i, keterlibatan DPR bisa menimbulkan beban bagi Kapolri terpilih, seperti potensi balas jasa politik yang dapat mengganggu independensi kepolisian.

Da'i menekankan bahwa pandangan ini bukan satu-satunya masukan yang akan dipertimbangkan, dan keputusan evaluasi pemilihan Kapolri tetap berada di bawah komisi terkait. Ia mengusulkan agar presiden memiliki hak prerogatif sepenuhnya dalam memilih calon Kapolri dari persyaratan yang dipenuhi oleh Polri tanpa perlu melibatkan forum politik di DPR.

Konten ini diolah dengan bantuan AI.

sumber : antara

Read Entire Article
Food |