Kamis 02 Oct 2025 13:57 WIB
Kondisi di posko semakin tegang ketika nama nama korban yang telah teridentifikasi.
Foto: Wulan Intandari/ Republika
Potret orangtua saat menantikan rapat koordinasi yang akan disampaikan oleh Tim Basarnas Gabungan.
REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO - Suasana emosional mulai terasa di posko pengungsian dan pertolongan saat puluhan keluarga santri dipanggil mengikuti rapat koordinasi pada Kamis (2/10/2025), pagi. Beberapa orang tua tak kuasa menahan tangis.
Tangis haru hingga teriakan histeris sempat terdengar seiring kabar proses evakuasi hari ini akan melibatkan alat berat. Kabar ini menjadi indikasi pencarian korban memasuki fase krusial.
Mereka seolah sudah mengetahui kabar pahit yang mungkin akan diterima, meski hingga berita ini diturunkan belum ada keterangan resmi dari Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas). Kondisi di posko juga semakin tegang ketika nama nama korban yang telah teridentifikasi mulai disebutkan.
Tangis pecah, pelukan antar keluarga menguatkan satu sama lain di tengah ketidakpastian nasib sanak saudara mereka.
Berikut data korban yang berhasil dihimpun sementara:
Update Jumlah Korban (Data Sementara):
Pasien Rawat Inap: 30 orang
Pasien Pulang (KRS): 73 orang
Meninggal Dunia: 5 orang
Total Korban yang Sudah Dievakuasi: 108 orang
Korban Meninggal Dunia:
1. Maulana Alfan Ibrahimavic
Alamat: Manyar Kulon IX/5, Kel. Bongkaran, Kec. Pabean Cantikan, Kota Surabaya
2. Mochammad Mashudulhaq
Alamat: Dkh. Kalikendal, Kec. Dukuh Pakis, Kota Surabaya
3. Muhammad Soleh
Alamat: Jl. Madura 13/04, Tanjung Pandan, Bangka Belitung
4. Rafi Catur Okta Mulya Pamungkas
Alamat: Jl. Putat Jaya Sekolahan II/42 RT 10, RW 3, Putat Jaya, Sawahan, Surabaya
5. Moch. Agus Ubaidillah
Alamat: Gresik Gadukan 194 RT 04 RW 05, Morokrembangan, Krembangan, Surabaya
Sementara korban yang masih dalam pencarian sekitar 59 orang. Namun Basarnas belum memberikan keterangan hingga berita ini dibuat.
Mereka terus melakukan proses evakuasi, yang kabarnya mulai dipersiapkan untuk skala lebih besar dengan dukungan alat berat. Proses ini diperkirakan akan memakan waktu dan risiko tinggi, mengingat kondisi medan yang sulit serta potensi korban masih berada di bawah reruntuhan.