Dirut IBL Jelaskan Alasan Pertahankan Sistem Home and Away dan Pembatasan Gaji Pemain Asing

3 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Indonesian Basketball League (IBL) Junas Miradiarsyah menegaskan sistem home and away akan tetap diterapkan pada kompetisi musim depan. Ia menyebut, persoalan finansial yang dialami sejumlah klub bukan disebabkan oleh format kompetisi, melainkan oleh tingginya beban gaji pemain asing yang sempat tak terkendali.

“Makanya musim depan kita batasi maksimal 30 ribu dolar AS (sekitar Rp496,5 juta) per bulan untuk tiga pemain asing (termasuk pemain heritage atau naturalisasi),” ujar Junas kepada media, Senin (14/10/2025).

Junas menjelaskan, pada musim sebelumnya ada klub yang mengeluarkan hingga 50 ribu dolar AS (sekitar Rp827,5 juta) per orang per bulan untuk menggaji pemain asing. Angka itu, menurutnya, bahkan melampaui biaya penyelenggaraan laga kandang yang rata-rata hanya sekitar Rp250 juta per pertandingan. Padahal, laga kandang masih berpotensi memberikan pemasukan dari tiket, sponsor, hingga penjualan merchandise.

Ia menilai, format home and away justru membawa manfaat besar bagi keberlangsungan liga. Sebagian besar klub, kata Junas, mendukung sistem tersebut karena dapat memperkuat basis penggemar lokal serta mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

“Home and away itu memberi kesempatan klub melayani fan base mereka, membangun local hero, serta menggerakkan ekonomi daerah. Bahkan beberapa klub sudah melakukan renovasi GOR, ada juga yang membangun arena sendiri seperti Dewa United,” tutur Junas.

Secara rata-rata, biaya satu musim laga kandang mencapai sekitar Rp3 miliar. Sedangkan untuk pendapatan dari penjualan tiket tertinggi mencapai Rp2,6 miliar, sedangkan yang terendah sekitar Rp400 juta. Meski IBL telah menaikkan nilai subsidi, Junas mengakui bantuan tersebut belum sepenuhnya menutup kebutuhan operasional klub.

“Subsidi sudah naik signifikan. Sebelum saya memimpin hanya Rp400 juta, naik menjadi Rp750 juta, lalu Rp1,3 miliar. Di tahun 2025 bervariasi antara Rp2,2 miliar sampai Rp3,8 miliar tergantung performa dan keberhasilan klub,” jelasnya.

Selain memperkuat aspek finansial, sistem home and away juga dinilai berperan penting dalam regenerasi penggemar basket di daerah. Klub, lanjut Junas, dapat memanfaatkan masa off season untuk mempererat hubungan dengan komunitas lokal dan memperluas basis pendukung. Ia menekankan, pertumbuhan fan base akan menjadi kunci keberlangsungan liga di masa depan.

Aturan baru pemain asing dan batas gaji

Dalam regulasi baru, pemain heritage, pemain naturalisasi dikategorikan sebagai pemain asing. Junas menegaskan, IBL tidak melarang penggunaan pemain naturalisasi, tetapi mereka tetap harus bersaing dalam kemampuan skill dan nilai kontrak.

Data IBL mencatat, total kontrak tiga pemain asing dan satu pemain naturalisasi di beberapa klub musim lalu mencapai hingga 27 ribu dolar AS (sekitar Rp446,9 juta) per bulan, bahkan ada yang lebih tinggi. Karena itu musim depan batas gaji kini ditetapkan maksimal 30 ribu dolar AS (Rp496,5 juta) untuk tiga pemain asing. Klub yang melampaui batas akan dikenai sanksi bertingkat, mulai dari denda hingga pengurangan poin.

“Kami membentuk komite khusus di bawah pengawasan direktur operasional, David Crocker, untuk memastikan transparansi dan kepatuhan klub,” ujar Junas.

Dengan penerapan batas gaji dan mekanisme pengawasan tersebut, IBL berharap musim depan berjalan lebih sehat, kompetitif, dan berkelanjutan bagi seluruh klub peserta. 

Read Entire Article
Food |