Ekonom Prediksi Surplus Dagang September Mengecil

8 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Department Head of Macroeconomic and Financial Market Research Permata Bank Faisal Rachman memproyeksikan surplus neraca perdagangan Indonesia pada September 2025 akan menyempit. Surplus dagang diprediksi berkurang karena kinerja ekspor yang melambat dan pemulihan aktivitas impor.

Surplus neraca perdagangan diperkirakan mencapai 3,19 miliar dolar AS, turun dari posisi Agustus 2025 yang sebesar 5,49 miliar dolar AS. Menurut dia, hal ini mencerminkan pelemahan kinerja ekspor bulanan yang melemah di tengah meningkatnya aktivitas impor.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

“Meskipun demikian, hal ini akan menandai surplus perdagangan Indonesia selama 65 bulan berturut-turut,” kata Faisal, Jumat (31/10/2025).

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data neraca perdagangan September 2025 pada Senin (3/1). Faisal memperkirakan ekspor Indonesia akan tumbuh 7,72 persen secara tahunan (yoy) pada September 2025, dari sebelumnya yang tumbuh 5,78 persen pada Agustus 2025.

Ekspor dari industri hilir, khususnya besi dan baja, akan tetap menjadi pendorong utama kinerja ekspor. Kenaikan harga CPO juga diperkirakan memberikan dukungan tambahan bagi kinerja ekspor.

Sementara itu, impor diproyeksikan meningkat 9,28 persen yoy pada September 2025, setelah bulan sebelumnya turun 6,56 persen yoy.

Peningkatan terutama disebabkan oleh penguatan kinerja manufaktur domestik, sebagaimana tercermin dari PMI Manufaktur Indonesia yang kembali berada di zona ekspansi atau di atas 50 selama Agustus-September 2025.

Adapun defisit transaksi berjalan diperkirakan melebar pada paruh kedua 2025, meski dampaknya diperkirakan tetap terkendali, seiring dengan perang dagang yang masih berlangsung dan agenda pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi domestik.

Untuk sepanjang tahun, Faisal memproyeksikan defisit transaksi berjalan melebar secara moderat menjadi 0,81 persen dari PDB, dari sebelumnya 0,62 persen pada 2024.

Meskipun melebar, defisit transaksi berjalan dinilai masih dalam kisaran yang terkendali dan memungkinkan Bank Indonesia (BI) melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter.

Defisit transaksi berjalan dapat menyempit apabila dampak perang dagang terhadap ekspor lebih ringan dari perkiraan, didukung oleh perluasan kemitraan dagang Indonesia serta pemulihan harga komoditas, khususnya CPO, di tengah kebijakan pelonggaran moneter global.

Sebaliknya, defisit transaksi berjalan berpotensi melebar lebih jauh apabila impor meningkat lebih tajam dari yang diantisipasi, seiring dengan kebijakan pemerintah yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi.

sumber : Antara

Read Entire Article
Food |