Hayya’alal Falah dari Aceh Tamiang

3 hours ago 2

Laporan Ahmad Syalaby Ichsan dari Aceh Tamiang

REPUBLIKA.CO.ID, ACEH TAMIANG — Ritual Shalat Jumat di Masjid Al Muhyiddin di Desa Bukit Rata, Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang, berlangsung khidmat. Pantauan Republika, Jumat (19/12/2025), jamaah yang merupakan warga lokal, relawan kemanusiaan, hingga aparat setempat melaksanakan ibadah pekanan meski dalam kondisi bencana.

Di halaman masjid, kaum ibu membuka dapur umum untuk memenuhi kebutuhan makanan warga yang perlahan sedang membersihkan dan memperbaiki rumahnya. Posko bantuan juga dibuka. Baju layak pakai, masker hingga air minum kemasan dari donasi para dermawan disiapkan untuk mereka yang membutuhkan.

Jamaah pun datang dengan pakaian bersih dan wangi. Mereka mengenakan busana Muslim berupa baju koko hingga gamis lengkap dengan peci. Di beranda masjid, sekumpulan bocah membentuk jamaah sendiri. Meski berbincang, suaranya tak sampai mengganggu jamaah masjid di dalam.

Usai memberi imbauan wajib untuk bertakwa, Khatib Jumat yang naik mimbar mengajak jamaah untuk mensyukuri keadaan baik di waktu sulit dan lapang. “Kita patut bersyukur karena masih bisa datang ke masjid untuk melaksanakan Shalat Jumat pada saat bencana seperti ini. Pada siang ini, masih ada saudara-saudara kita yang tidak bisa melaksanakan ibadah Sholat Jumat,”kata sang Khatib.

Khutbah singkat khatib diikuti dengan dua rakaat Shalat Jumat. Imam sholat memilih surah Al ‘Ala dan Al Ghosiyah untuk memimpin jamaah melaksanakan ibadah yang diwajibkan bagi Muslim pria dewasa itu. Selepas salam, warga bersalam-salaman sambil melantunkan shalawat Nabi sebagai penghormatan berbalut permohonan doa keselamatan.

Ketua DKM Masjid Al Muhyiddin, Ustadz Sopian mengatakan, pesan dari khatib dimaksudkan agar masyarakat Aceh Tamiang khususnya jamaah Masjid Al Muhyiddin bisa segera bangkit dari bencana. Dia meminta warga kembali beraktivitas seperti semula dan tidak menyerah dengan keadaan.

“Makna Hayya ‘alalfalah dari adzan yang dikumandangkan setiap waktu sholat di masjid ini agar mental warga segera pulih dan bangkit meratapi bencana,”kata dia saat berbincang dengan Republika usai melaksanakan Sholat Jumat.

Ustadz Sopian mengakui banyak warga setempat yang pasrah karena bencana banjir bandang ini. Pria yang juga menjadi korban bencana banjir tersebut mengungkapkan, warga harus dididik perlahan untuk kembali ke kehidupannya masing-masing. Dia menyayangkan masih ada warga yang meminta kencleng di beberapa titik di jalan Kuala Simpang.

Meski bencana banjir yang datang pada akhir November 2025 tersebut merupakan ujian yang tidak mudah, dia menjelaskan, Islam mengajarkan umatnya untuk tidak menyerah. Dia berkisah, Masjid Al Muhyiddin pun terendam air hingga setinggi dua meter saat banjir tersebut menimpa.

Padahal, ujar dia, pihak pengurus masjid sudah meninggikan bangunan karena memang kerap ditimpa banjir. “Banjir paling besar 2016, itu setinggi betis, lalu kita sepakat untuk meninggikan masjid. Sekarang qadarallah banjir masuk sampai setinggi kipas angin,”kata dia.

Banjiir bandang kali ini pun membuat banyak aset masjid rusak. Barang elektronik seperti sound system hingga genset habis terendam air. Meski demikian, Ustadz Sopian mengatakan, masjid berupaya untuk bangkit. Setelah membersihkan bangunan, pihak DKM kembali menggelar sholat rawatib lima waktu di masjid. “Sekarang karena banyak orang yang lalu lalang, alhamdulillah shafnya nambah,”kata dia.

Salah seorang jamaah masjid yang berasal dari Dusun Mawar, Gusti Wanda, mengungkapkan, dia sudah bisa menginap kembali di rumahnya yang sempat terendam akibat banjir. Meski demikian, pegawai P3K di Dinas Perhubungan Kabupaten Aceh Tamiang ini mengungkapkan, dia belum bisa bekerja dengan normal.

Belum beroperasinya Terminal Aceh Tamiang yang notabene menjadi ‘habitatnya’ bekerja juga membuatnya belum bisa kembali kepada rutinitas seperti sediakala. “Sehari-hari kita di rumah. Masih bersih-bersih lumpur karena memang terminal belum normal,”kata dia.

Read Entire Article
Food |