REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS – Berjam-jam setelah serangan Israel ke markas militer dan istana kepresidenan Suriah di Damaskus, Presiden Interim Ahmad al-Sharaa tak kunjung melayangkan komentar. Pernyataan terkininya justru soal “aksi kriminal” di wilayah Sweida yang dijadikan dalih Israel melancarkan serangan.
“Tindakan kriminal dan ilegal ini tidak dapat diterima dalam kondisi apapun, dan sepenuhnya bertentangan dengan prinsip-prinsip yang dibangun oleh negara Suriah,” kata al-Sharaa dalam pernyataan yang dilansir Aljazirah pagi ini.
Pernyataan itu terkait dengan video-video yang muncul di media sosial menunjukkan para pejuang yang berafiliasi dengan pemerintah secara paksa mencukur kumis para syekh Druze dan menginjak bendera Druze dan gambar-gambar pemimpin keagamaan mereka.
Video lain menunjukkan para pejuang Druze memukuli pasukan pemerintah yang tertangkap dan berpose di dekat mayat mereka. Wartawan di daerah tersebut melihat rumah-rumah yang dibakar dan dijarah.
Sebelumnya, pasukan Suriah dilaporkan mundur dari wilayah Sweida dan menyepakati gencatan senjata dengan kelompok Druze di sana. Ini setelah tentara Israel menyerang markas besar militer Suriah di Damaskus dan sebuah “target militer” di dekat istana kepresidenan kemarin.
Militer Israel menyatakan terus memantau perkembangan dan tindakan rezim terhadap warga sipil Druze di Suriah selatan. “Sesuai dengan arahan dari eselon politik, [militer] melakukan serangan di daerah tersebut dan tetap siap untuk berbagai skenario," tulisnya di Telegram.
Kementerian Kesehatan Suriah mengatakan jumlah korban tewas dalam serangan Israel di ibukota setidaknya tiga orang. Sedikitnya 34 orang lainnya terluka. Sedangkan lembaga War Monitor yang berbasis di Inggris, yang mengandalkan jaringan sumber di Suriah, juga melaporkan 15 personel pertahanan dan kementerian dalam negeri tewas dalam serangan Israel di Suriah selatan.
Pemerintah Suriah juga sebelumnya mengumumkan gencatan senjata baru di Sweida setelah bentrokan-bentrokan yang menurut pemantau perang telah menewaskan lebih dari 300 orang sejak Ahad.
Tentara Suriah juga “telah mulai menarik diri dari kota Sweida sebagai implementasi dari ketentuan-ketentuan perjanjian yang telah disepakati, setelah berakhirnya penyisiran terhadap kelompok-kelompok pemberontak di kota tersebut”, sebuah pernyataan Kementerian Pertahanan mengatakan.
Kementerian Luar Negeri Suriah mengutuk serangan Israel di Damaskus dan Suwayda dengan “sangat keras”. "Serangan tersebut merupakan bagian dari kebijakan sistematis Israel untuk memicu ketegangan dan kekacauan serta merusak keamanan di Suriah. Agresi Israel merupakan pelanggaran mencolok terhadap Piagam PBB dan hukum kemanusiaan internasional," kata sebuah pernyataan kementerian.
Suriah menganggap Israel bertanggung jawab atas eskalasi tersebut dan menyatakan “haknya untuk membela tanah dan rakyatnya melalui hukum internasional”. Suriah menyerukan kepada masyarakat internasional dan Dewan Keamanan PBB untuk mengambil “tindakan segera” terhadap agresi Israel yang terus berulang.
Menteri Kesehatan Suriah Musab al-Ali mengatakan pesawat militer Israel mencegah konvoi medis yang dikirim oleh pemerintah untuk memasuki kota Suwayda, kantor berita SANA melaporkan.
Al-Ali mengatakan serangan udara Israel telah menargetkan setiap kendaraan yang bergerak di dalam dan di dekat kota di Suriah selatan itu selama beberapa jam terakhir. Konvoi medis tersebut terdiri dari 15 ambulans, 10 dokter bedah dari berbagai spesialisasi, dan dua truk yang membawa obat-obatan dan perlengkapan medis, tambahnya.
Koresponden Aljazirah Arab di Suriah melaporkan bahwa militer Israel telah menggempur markas Brigade ke-107 tentara Suriah di desa Bzamel, kegubernuran Latakia.