REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komite Bilateral Kadin Indonesia (Kadin) untuk Rusia dan Belarusia, Didit Ratam, menyampaikan pemerintahan Prabowo sangat proaktif dalam memperkuat hubungan bilateral dengan Rusia termasuk melalui kerja sama ekonomi dan perdagangan. Didit mengatakan Prabowo berkomitmen membawa perubahan dalam meningkatkan kerja sama perdagangan antara Indonesia dengan Rusia.
"Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto proaktif dalam hal perubahan dan yang paling penting bagi kami sekarang memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Rusia," ujar Didit dalam Forum Bisnis Indonesia-Rusia di Hotel Raffles, Jakarta, Senin (14/4/2025).
Didit mengungkapkan dalam beberapa bulan ke depan, Indonesia dan Rusia akan menandatangani perjanjian perdagangan bebas yang menjadi landasan kerja sama berbasis potensi kedua negara. Didit menyarankan Rusia terlibat dalam kerja sama sejumlah sektor potensial yang menjadi fokus Indonesia yakni pangan, energi, dan air.
"Pemerintah telah mencanangkan penambahan luas tanam padi dua juta hektare per tahun untuk meningkatkan produksi beras, serta meningkatkan produksi kelapa sawit, cokelat, dan gula," ucap Didit.
Didit mengatakan pemerintah Indonesia membuka peluang besar bagi Rusia untuk berinvestasi di sektor pertanian, termasuk teknologi pertanian, mekanisasi, dan pupuk. Didit menyampaikan Rusia memiliki latar belakang, pengalaman, dan teknologi di sektor pangan. "Ini potensi yang bisa dimanfaatkan bersama," sambung Didit.
Selain itu, lanjut Didit, Indonesia mendorong hilirisasi tidak hanya di sektor nikel, tetapi juga mineral lain seperti aluminium, bauksit, dan gas. Didit menyebut sedikitnya 23 produk prioritas untuk hilirisasi. "Hal ini bisa menjadi kolaborasi strategis dengan Rusia," lanjut Didit.
Didit menambahkan Indonesia juga mendorong digitalisasi untuk meningkatkan efisiensi, yang menjadi salah satu bidang kolaborasi potensial dengan Rusia. Dengan gabungan populasi 430 juta jiwa dan PDB mencapai 3,1 triliun dolar AS, Didit menilai kerja sama kedua negara memiliki prospek cerah.
"Kita bisa mengambil momentum ini untuk memperkuat hubungan ekonomi Indonesia-Rusia," kata Didit.