REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Di tengah tren gaya hidup sehat dan berkelanjutan, teh lokal memiliki potensi besar untuk menjadi bagian dari keseharian masyarakat urban. Terutama, generasi muda yang aktif dan produktif. Untuk lebih menarik minat milenial pada teh, Tea Fest 2025 digelar di Bandung Indah Plaza (BIP) pada 15 – 20 Juli 2025 .
"Acara ini menjadi bukti nyata bahwa teh hasil olahan petani kecil kini telah naik kelas, dengan kualitas, kreativitas, dan semangat baru yang layak diangkat ke panggung nasional," ujar Ketua Panitia Tea Fest 2025, Arys Buntara, kepada wartawan, Selasa (15/7/2025).
Menurut Arys, dengan mengusung tema “Our Tea, Our Voice”, event ini tidak hanya menampilkan produk teh lokal, tapi juga pengunjung bisa mencicipi produk-produk teh milik petani dari berbagai daerah. Sekaligus, mengenal lebih dekat proses budidaya, tantangan di lapangan, dan cerita-cerita inspiratif mereka melalui Pojok Teh Rakyat.
Arys menjelaskan, teh rakyat yang selama ini menjadi tulang punggung pasokan teh hijau dalam negeri, diproduksi langsung oleh petani Jawa Barat (Jabar). Yakni, dari wilayah seperti Garut, Cianjur, Majalengka, Bandung, Subang, Kabupaten Bandung Barat dan lainnya. Di festival ini, semua teh asal Jabar akan ditampilkan.
“Event ini adalah ruang untuk mengangkat teh rakyat agar masyarakat, terutama generasi muda mengingat kembali teh sebagai bagian dari sejarah dan budaya kita. Kami juga ingin masyarakat melihat dan merasakan sendiri bahwa teh rakyat punya kualitas dan rasa yang baik. Teh rakyat bisa beradaptasi terhadap selera konsumen saat ini, termasuk generasi muda,” paparnya.
Selain itu, kata dia, untuk menarik perhatian generasi muda, ada pula kompetisi mixtealogi. Yaitu, ajang kreasi minuman teh dengan sentuhan kekinian dan penuh gaya. Kompetisi ini, diikuti tiga puluhan barista dan bartender yang mengadu keterampilan dalam meracik teh. Tujuan kompetisi, ingin memperkenalkan cara baru menyeduh dan menyajikan teh, supaya beradaptasi pada preferensi konsumen yang terus berubah.
Para peserta pun, kata dia, didorong untuk menciptakan kombinasi yang menggugah selera. Yakni, baik dengan menggunakan rempah, buah-buahan, bunga, hingga cara penyajian yang kreatif dan atraktif. Kompetisi ini pun, diharapkan menjadi magnet bagi pengunjung muda yang ingin melihat sisi lain dari teh lokal.
“Lewat kompetisi ini, kami ingin menunjukkan bahwa teh rakyat punya banyak potensi. Bahwa kita bisa membuat dan menyajikan teh menjadi minuman yang lebih kreatif dan ekspresif, seperti anak muda saat ini,” katanya.
Sementara itu, untuk menumbuhkan kembali pemahaman masyarakat terhadap sejarah dan nilai budaya teh di Indonesia, khususnya di wilayah Jabar, Tea Fest 2025 menghadirkan Workshop “Jejak Teh di Jawa Barat: Sejarah dan Budaya”. Workshop ini menghadirkan dua tokoh penting, yaitu Dr Dadan Rohdiana seorang ahli teh yang telah banyak meneliti dunia teh Indonesia. Serta, H Alfiansyah Bustami, S.Sn M.Sn atau yang lebih dikenal sebagai Komeng seorang seniman senior, pelestari budaya, dan anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) periode 2024–2029.
Workshop ini akan mengulas perjalanan panjang teh di Jawa Barat, salah satu wilayah penting dalam sejarah teh Nusantara. Dari masa penjajahan hingga saat ini, teh telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Sunda, baik dalam aspek sosial, ekonomi, hingga tradisi. "Dengan menghadirkan dua sudut pandang yang berbeda namun saling melengkapi, workshop ini diharapkan menjadi ruang pembelajaran untuk mengenali teh sebagai warisan budaya yang hidup," kata Arys.