Kisah Sufi yang Tidak Malu Isi Hatinya Dipertontonkan di Pasar

7 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bayangkan seorang sufi yang membawa hatinya di atas nampan, lalu menjajakan dan mempertontonkan isi hatinya di pasar tanpa rasa malu sedikit pun. Itulah lambang kebeningan jiwa yang tak lagi diselubungi kepura-puraan.

Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad mengingatkan, hati adalah tempat pandangan Allah, sementara lahiriah hanyalah pandangan makhluk. Maka benahilah hatimu, sebelum engkau memperindah penampilanmu.

Dalam kitab Ar-Risalah Al-Muawanah, Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad menyampaikan bahwa sebaiknya kamu memperbaiki hatimu hingga menjadi lebih baik dari kepribadian luarmu yang shaleh. Karena hati adalah tempat pandangan Allah SWT, sedangkan kepribadian luar adalah hasrat pandangan makhluk.

Tidaklah Allah SWT menyebutkan bagian dzahir dan batin dalam kitabnya melainkan Allah SWT memulainya dengan sebutan yang batin terlebih dahulu. Sebagaimana yang disebutkan dalam untaian doa Nabi Muhammad SAW.

"Ya Allah, jadikanlah hatiku lebih baik dari kepribadian luarku dan jadikanlah kepribadian luarku shaleh."

Selama hati baik, maka kepribadian luar sudah pasti akan menjadi baik. Karena selamanya bagian dzahir selalu mengikuti batinnya, hal itu dalam keadaan baik ataupun dalam keadaan yang buruk. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis.

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada sekarat daging yang apabila ia baik, maka seluruh tubuh pun menjadi baik. Apabila sekarat daging itu rusak, maka tubuh pun menjadi rusak. Ketahuilah bahwa sekarat daging itu adalah hati."

Ketahuilah, siapapun yang mengaku bahwa ia memiliki hati yang baik, sedangkan kepribadian luarnya rusak dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang taat, ketahuilah bahwa orang tersebut adalah pendusta.

Siapapun yang berusaha membenahi kepribadian luarnya dengan memperindah pakaiannya, bertutur kata yang baik, mengatur tingkah lakunya saat duduk, berdiri dan berjalan, sedangkan ia membiarkan batinnya dipenuhi oleh sifat-sifat yang buruk, berarti orang tersebut telah berbuat riya dan berpaling dari Allah SWT serta mempertuhankan manusia.

Saudaraku, janganlah engkau menyembunyikan sesuatu yang apabila nampak dihadapan orang lain engkau malu karena takut dicela. Dalam hal ini seorang Arifin Billah berkata, "Seorang sufi tidak akan menjadi sufi yang sejati hingga apabila seluruh isi hatinya diletakkan dalam sebuah wadah kemudian dijajakan di pasar ia tidak merasa malu sedikitpun."

Jika engkau tidak mampu menjadikan hatimu lebih baik dari kepribadian luarmu, atau setidaknya engkau menyamakan keduanya sehingga ketaatanmu terhadap perintah Allah SWT, engkau menjauhi larangan-Nya, pengagunganmu terhadap-Nya dan kepandaianmu dalam mencari keridhaan-Nya baik di luar maupun di dalam kadarnya sama. Inilah permulaan langkah yang dipijakkan seorang hamba di jalan menuju marifat yang khusus. Wahai saudaraku, sadarilah hal ini dan taufik hanyalah di tangan Allah SWT.

Read Entire Article
Food |