Likuiditas Longgar, Perbanas Proyeksikan Kredit 2026 Tumbuh 9–11 Persen

1 week ago 7

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Likuiditas perbankan yang longgar membuat ruang ekspansi kredit pada 2026 terbuka lebar. Perbanas memproyeksikan kredit tahun depan tumbuh 9–11 persen seiring harapan pemulihan ekonomi domestik.

Ketua Umum Perbanas, Hery Gunardi, menegaskan bank pada dasarnya siap menyalurkan kredit lebih agresif. Kesiapan itu ditopang likuiditas yang masih lapang di level industri. Hery menyebut indikator utama kelonggaran tersebut terlihat dari rasio LDR yang jauh di bawah batas regulator.

“Regulasi yang ditetapkan OJK dan Bank Indonesia menyebutkan batas maksimal 92 persen, sementara angka industri sekitar 84 persen. Artinya apa? Bank punya uang, bank punya likuiditas untuk ekspansi,” ujarnya di Jakarta, Rabu (10/12/2025).

Menurut Hery, kebijakan propertumbuhan ikut menjaga kondisi likuiditas tetap kuat. Bank Indonesia, kata dia, menjalankan relaksasi GWM serta menjaga tren penurunan suku bunga acuan. “Ketiga, sejak 2023 BI punya instrumen SRBI. Pada saat itu yield-nya sangat tinggi dan menjadi pesaing deposito perbankan,” kata Hery.

Meski dana berlimpah dan biaya dana mulai turun, penyaluran kredit belum sepenuhnya melesat. Salah satu penghambatnya adalah kredit yang sudah disetujui tetapi belum ditarik debitur. “Di sisi lain, kondisi undisbursed loan masih tinggi. Artinya, banyak debitur yang sudah mendapat kredit atau pembiayaan dari bank, tetapi dengan alasan tertentu mungkin wait and see atau melihat peluang yang ada masih menunggu untuk menarik dananya guna ekspansi bisnis,” ujarnya.

Perbanas menilai kredit baru akan bergerak kuat bila ekonomi membaik dan permintaan tumbuh. “Dari kajian kami, kredit perbankan mungkin tumbuh lebih baik dibanding 2025, tetapi angkanya diperkirakan di kisaran 9–11 persen. Beberapa analis menyebut masih single digit, tapi single digit yang tinggi,” ucap Hery.

Dari sisi daya tahan industri, perbankan dinilai tetap sehat. “Kalau kita lihat September 2025, secara industri CAR perbankan sekitar 26 persen. Kemudian NPL juga terjaga di sekitar 2,2–2,4 persen. Jadi, kondisi perbankan mengalami perbaikan, tumbuh moderat,” kata dia.

Di tengah ketidakpastian global, Ekonom Senior Perbanas, Enrico Tanuwidjaja, meminta Indonesia memperkuat fondasi ekonomi dalam negeri. “Pertama, kita harus fokus pada ekonomi domestik. Ekonomi kita besar; close-loop economy memungkinkan kita berpaku pada kekuatan sendiri,” ujarnya.

Ia juga menilai pelemahan rupiah bisa menjadi peluang ekspor bila diarahkan ke pasar baru. “Kedua, pelemahan rupiah sebenarnya bagus untuk ekspor.” “Kenapa tidak kita padukan dengan strategi memperkuat ekspor Indonesia ke partner dagang yang lebih luas, misalnya Asia Tengah dan Afrika, jadi bukan hanya Amerika Serikat,” katanya.

Read Entire Article
Food |