Makin Terbuka, Alasan AS Serang Venezuela Adalah Minyak

14 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Aksi militer AS di Laut Karibia yang telah membunuh lebih 90 orang mulanya disebut sebagai langkah pemberantasan penyelundupan narkoba. Belakangan, Gedung Putih makin terbuka mengindikasikan bahwa cadangan raksasa minyak bumi Venezuela adalah alasan sebenarnya.

Pada Rabu, Stephen Miller, seorang pembantu utama Presiden Amerika Serikat Donald Trump, menyatakan bahwa minyak Venezuela adalah milik Washington. Ia menggambarkan nasionalisasi industri minyak bumi di negara Amerika Selatan tersebut sebagai “pencurian”. 

“Keringat, kecerdikan, dan kerja keras Amerika menciptakan industri minyak di Venezuela,” tulis Miller, yang menjabat sebagai wakil kepala staf Gedung Putih, dalam sebuah postingan di media sosial. 

"Pengambilalihan secara kejam yang dilakukan Venezuela merupakan pencurian kekayaan dan properti terbesar yang tercatat di Amerika. Aset-aset yang dijarah ini kemudian digunakan untuk mendanai terorisme dan membanjiri jalan-jalan kita dengan pembunuh, tentara bayaran, dan obat-obatan terlarang." 

Merujuk Aljazirah, meskipun perusahaan-perusahaan AS dan Inggris terlibat dalam eksplorasi minyak awal di Venezuela, bahan bakar tersebut adalah milik negara Amerika Latin berdasarkan prinsip hukum internasional mengenai kedaulatan permanen atas sumber daya alam.

Meskipun memiliki cadangan minyak terbukti terbesar di dunia, diperkirakan mencapai 303 miliar barel pada tahun 2023, Venezuela hanya mengekspor minyak mentah senilai 4,05 miliar dolar AS pada tahun 2023, jauh di bawah negara-negara penghasil minyak utama lainnya. 

Video pembajakan yang dilakukan pasukan Angkatan Laut AS terhadap tanker Venezuela, Rabu (10/12/2025). (X/Jaksa Agung AS Pam Bondi)

Saudi dengan cadangan minyak mentah sebanyak 267,2 miliar barel, misalnya, adalah pengekspor minyak terbesar di dunia dengan nilai ekspor 181 miliar dolar AS pada 2023. Artinya, jika bisa mengekspor minyak secara optimal, Venezuela diperkirakan bakal menyaingi AS sebagai pengekspor minyak utama regional. AS yang saat ini memiliki cadangan minyak mentah jauh di bawah Venezuela, yakni sekitar 55,2 miliar barel, saat ini merupakan pengekspor kedua terbesar di dunia dengan nilai 125 miliar dolar AS.

Venezuela menasionalisasi sektor minyaknya pada tahun 1976 dan menempatkannya di bawah kendali PDVSA milik negara. Kemudian, pada tahun 2007, mendiang Presiden sayap kiri Hugo Chavez menasionalisasi proyek minyak asing yang tersisa di Venezuela, yang secara efektif menggulingkan raksasa minyak AS seperti ConocoPhillips dan Exxon Mobil. 

Perusahaan-perusahaan AS mengajukan gugatan hukum untuk melawan proses pengambilalihan, dan pada tahun 2014, pengadilan arbitrase Bank Dunia memerintahkan Venezuela untuk membayar Exxon Mobil sebesar 1,6 miliar dolar AS. Proses hukum masih berjalan. AS menjatuhkan sanksi terhadap PDVSA pada tahun 2019, di bawah kepemimpinan pertama Trump.

Read Entire Article
Food |