REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemecatan Shin Tae-yong dari jabatan pelatih Ulsan HD FC terus memicu sorotan di Korea Selatan. Di balik rumor soal golf dan konflik internal yang ramai di media, alasan sesungguhnya ternyata berakar pada gaya komunikasi dan kepemimpinan sang pelatih, yang dinilai tidak cocok dengan arah klub juara K League tersebut.
Shin, yang sebelumnya menangani tim nasional Indonesia, mengaku terkejut dengan keputusan klub. Dalam wawancara eksklusif dengan KBS, Senin (13/10/2025), ia membantah keras tuduhan bersikap kasar kepada pemain atau tidak fokus pada tugasnya.
“Saya tidak pernah bermain golf saat tandang, itu omong kosong,” ujar Shin.
Isu soal golf mencuat setelah foto tas golf miliknya terlihat di dalam bus tim, dan kemudian menyebar ke media lokal. Shin menjelaskan bahwa tas tersebut hanya sedang dikirim ke rumahnya di Seongnam, bukan untuk bermain di tengah jadwal pertandingan. Ia bahkan menyebut tuduhan itu “sepenuhnya salah dan tidak masuk akal.”
“Saya hanya pernah bermain golf sekali, itu pun atas permintaan CEO klub saat kamp di Sokcho. Katanya, untuk mencairkan suasana,” jelas Shin.
Namun, pernyataan balasan datang dari mantan CEO Ulsan HD, Kim Kwang-guk, yang mundur bersamaan dengan Shin. Dalam komentarnya kepada media, Kim menegaskan bahwa keputusan pemecatan Shin tidak ada hubungannya dengan golf, melainkan karena “ketidakcocokan mendasar dalam gaya kepemimpinan.”
“Sejak sesi latihan pertama, saya melihat masalah,” kata Kim. “Dia sering memaki dan memukul pemain, walau ringan. Itu mungkin diterima beberapa dekade lalu, tapi tidak dalam sepak bola modern. Kami bahkan mengirim surat peringatan resmi.”
Kim juga mengungkapkan bahwa sejumlah pemain merasa sesi latihan Shin terlalu ringan dan kurang menantang untuk standar tim juara. Beberapa di antaranya disebut kecewa karena merasa kehilangan arah dalam program pelatihan mantan pelatih timnas Indonesia itu.
Shin membantah tuduhan tersebut. Ia menegaskan bahwa pendekatannya justru berorientasi pada disiplin, keterbukaan, dan komunikasi santai agar para pemain merasa lebih nyaman.
Shin juga mengeklaim adanya ketegangan dengan beberapa pemain senior setelah ia mulai memberi lebih banyak kesempatan kepada pemain muda. Ia menilai pergeseran peran itu sebagai bagian dari strategi taktis dan regenerasi tim, bukan konflik pribadi.
“Beberapa pemain frustrasi karena aturan pemain U-22 dan waktu bermain mereka berkurang. Tapi saya harus memikirkan masa depan tim,” katanya.
Kontroversi ini menutup bab yang penuh gejolak bagi Ulsan HD, klub yang sebelumnya dikenal stabil dan berprestasi. Menurut salah satu sumber internal klub yang dikutip media lokal, periode dua bulan kepemimpinan Shin disebut sebagai "masa paling kacau dalam sejarah Ulsan".
Kini, masa depan Shin Tae-yong di dunia kepelatihan masih belum jelas. Ia menegaskan tidak menyesali pilihannya untuk menerima tantangan di Ulsan, namun menyayangkan cara perpisahan yang menurutnya tidak adil.
“Jika orang percaya saya bermain golf di laga tandang dan memaki pemain, maka mereka sama sekali tidak mengenal siapa saya,” kata Shin.