Masjid Bersejarah di Eropa

22 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syiar Islam mencapai Eropa sejak abad kedelapan. Semenanjung Iberia menjadi daerah yang paling awal dikuasai Muslimin di Benua Biru. Mulai dari sana, peradaban tauhid menyinari kawasan di bumi bagian utara itu.

Salah satu wujud legasi kebudayaan Islam ialah masjid. Banyak masjid megah berdiri di Eropa. Beberapa di antaranya menyimpan nilai historis tinggi karena menjadi saksi bisu persebaran dakwah sejak ratusan tahun silam. Ada pula yang mulai dibangun pada abad modern sehingga mendukung hadirnya kerukunan antarumat beragama.

Berikut ini adalah tiga masjid di Eropa dengan keunikan sejarahnya masing-masing.

Masjid Roma

Pepatah mengatakan, “Ada banyak jalan menuju Roma.” Dan, di ibu kota Italia itu tidak hanya marak gereja. Ada pula bangunan tempat ibadah umat Islam di sana. Salah satunya yang terbesar ialah Masjid Roma. Desainernya adalah seorang berkebangsaan setempat, Paulo Porthogesi. Lokasinya berdekatan dengan negara-kota Vatikan dan sebuah sinagoge Yahudi.

Di seluruh Italia dan bahkan Eropa selatan, masjid ini merupakan yang paling besar. Pembangunannya memakan waktu sekira delapan tahun, yakni antara 1984-1992. Untuk mewujudkan fasilitas keagamaan ini, banyak pihak melakukan urun dana. Salah satunya adalah Kerajaan Arab Saudi yang menggelontorkan uang hingga 50 juta dolar Amerika Serikat.

Memang, ide pendirian Masjid Roma bersumber dari raja Saudi kala itu, Faishal bin Abdul Aziz pada periode 1970-an. Rencana ini kemudian dimatangkan pada 1974 ketika presiden Italia Giovanni Leone mengunjungi Kerajaan. Diplomasi kedua negara ini menghasilkan kesepakatan untuk mewujudkan sebuah pusat keislaman di Roma.

Masjid Lala Mustafa Pasha

Sebelumnya, bangunan ini dikenal sebagai Katedral Saint Nicholas. Usianya cukup tua. Mulanya, konstruksi tersebut didirikan pada abad pertengahan. Bahkan, untuk kurun waktu tertentu inilah tempat ibadah terbesar di Famagusta, Siprus Utara. Daerah tersebut lalu dikuasai Kesultanan Turki Utsmaniyah.

Sejak itu, populasi Muslimin di sana meningkat pesat. Pemerintah Utsmaniyah lalu mengubah katedral tersebut menjadi masjid. Itulah tempat yang hingga kini merupakan Masjid Lala Mustafa Pasha—namanya sejak 1954.

Penamaan masjid ini berdasarkan tokoh militer Utsmaniyah kelahiran Bosnia, Lala Mustafa Pasha. Sekilas, tidak ada yang berubah drastis dari penampilan bangunan tersebut. Perkecualian untuk ornamen-ornamen yang memang terlarang dalam ajaran Islam, semisal patung atau gambar makhluk hidup.

Read Entire Article
Food |