Marcell Fernanda
Politik | 2025-04-14 16:10:56
Salah satu dinamika geopolitik yang paling menonjol dalam beberapa tahun terakhir adalah perang dagang antara China dan Amerika Serikat. Konflik ini bukan hanya tentang tarif dan hambatan dagang; itu juga menunjukkan persaingan yang lebih dalam antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia tentang kontrol teknologi, keamanan nasional, dan kepemimpinan global.

Sejak 2018, konflik ini secara resmi memanas ketika pemerintahan Presiden Donald Trump memberlakukan tarif tinggi terhadap barang impor dari China sebagai bentuk tekanan terhadap praktik dagang yang dianggap tidak adil, termasuk tuduhan pencurian kekayaan intelektual, subsidi industri negara, dan ketidakseimbangan neraca perdagangan. China menanggapi dengan tarif balasan, yang memicu eskalasi yang terus berlanjut hingga saat ini, meskipun di bawah pemerintahan Joe Biden dengan berbagai pendekatan dan taktik.
Selain tarif dan sanksi dagang, AS mengkhawatirkan kebangkitan industri teknologi China, terutama di bidang seperti kecerdasan buatan, 5G, dan semikonduktor. Akibatnya, perang dagang masuk ke sektor teknologi, dengan pembatasan terhadap perusahaan seperti Huawei dan TikTok, serta pengawasan ekspor chip mutakhir ke China.
Selain itu, dampaknya meluas ke seluruh dunia. "Efek domino" konflik ini berdampak pada banyak negara dan perusahaan multinasional. Kepastian investasi berkurang, rantai pasokan global terganggu, dan biaya produksi meningkat. Ketidakpastian pasar juga dirasakan oleh negara-negara berkembang yang bergantung pada ekspor bahan baku atau teknologi dari kedua negara tersebut.
Namun, dinamika baru juga muncul. Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya melihat peluang untuk mengisi kekosongan produksi dan menjadi pesaing rantai pasokan global. Untuk mengurangi risiko geopolitik, bisnis juga mulai diversifikasi produksi mereka di luar China, yang merupakan fenomena "strategi China+1". Secara keseluruhan, arsitektur ekonomi global mengalami transformasi besar sebagai akibat dari perang dagang China-AS.
Secara keseluruhan, dunia harus memasuki era baru di mana ekonomi dan politik semakin terkait satu sama lain, karena ketergantungan ekonomi tidak lagi menjamin stabilitas hubungan internasional.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.